PT Pertamina Hulu Energi (PHE) mampu menjaga produksi minyak dan gas bumi (migas) sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Salah satu pendukung terjaganya produksi anak usaha PT Pertamina ini adalah kenaikan produksi minyak di Blok ONWJ.
Pada kuartal I tahun 2017, produksi minyak PHE mencapai 63 ribu barel per hari (bph). Jumlah ini sama dengan pencapaian kuartal I tahun lalu. Sementara produksi gas meningkat tipis dari 722 mmscfd pada tiga bulan pertama tahun lalu menjadi 723 mmscfd. (Baca: Produksi Minyak Pertamina EP Capai 95 Persen Target)
Presiden Direktur PHE R. Gunung Sardjono Hadi mengatakan, salah satu faktor pendukung tercapainya produksi tersebut adalah kenaikan produksi minyak dari Blok ONWJ. Ini karena kenaikan bagi hasil (share) setelah masa penghentian kontraknya pada Januari lalu.
Seperti diketahui, setelah kontraknya berakhir pada Januari lalu, skema kerja sama Blok ONWJ berubah menjadi gross split. Dengan skema itu, Pertamina memperoleh bagian minyak sebesar 52,5 persen dan gas 62,5 persen. Sisanya menjadi bagian negara.
Peningkatan produksi minyak dari Blok Jambi Merang dan NSO juga menopang produksi PHE. Sedangkan produksi gas meningkat berkat peningkatan produksi di Blok Jambi Merang dan Blok WMO dengan adanya tambahan produksi yang mampu diserap oleh konsumen.
Jika dibandingkan dengan data target produksi migas PHE tahun ini, realisasi produksi selama kuartal pertama tahun ini masih lebih rendah. Adapun target produksi minyak PHE tahun ini ditargetkan sebesar 64 ribu bph, Sementara target produksi gas tahun ini sebesar 769 mmscfd.
(Baca: Kontrak Baru Diteken, Pertamina Minta Tambah Bagi Hasil Blok ONWJ)
Demi menjaga dan meningkatkan tingkat produksi, PHE terus melakukan berbagai aktivitas. Di antaranya adalah keberhasilan memulai (startup) EPCI-1PHE WMO Integraton Project yang diharapkan mampu mencapai peak production sebesar 3.000 BOPD dan 16 MMSCFD.
Selain itu, pengeboran sumur eksplorasi Parang-1 di lapangan lepas pantai PHE Nunukan, saat ini telah menyelesaikan uji sumur (well test) ke-5. Pengeboran ini diharapkan mampu menambah temuan sumberdaya 2C sebesar 126, 5 MMBOE.
PHE Randugunting juga telah membuktikan keberadaan hidrokarbon. Temuan ini berasal dari obyek Ngrayong Sandstone dan Tuban Limestone pada aktivitas pengeboran sumur RGT-2.
Hingga kuartal I tahun 2017, PHE juga telah menyelesaikan aktivitas Seismik 2D di lapangan lepas pantai PHE Abar dan PHE Anggursi sebesar 1.990 kilometer (km) dan 1.960 km. Harapannya, aktivitas ini dapat menemukan sumber migas baru yang dapat mendukung ketahanan energi nasional.
(Baca: Potensi Tambahan Cadangan Migas 5,2 Miliar Barel)
Sebagai gambaran, PHE saat ini mengoperasikan 53 blok di Indonesia dan luar negeri. Menyikapi tantangan ke depan, manajemen PHE memberikan arahan untuk melakukan efisiensi di semua lini. Caranya adalah mengoptimalkan kontrol anggaran, efektifitas pelaksanaan operasi mengacu ke hasil, fokus pada EBITDA dan pertumbuhan pendapatan bersih.