PT Pertamina (Persero) menargetkan peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) tahun ini. Dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2017, perusahaan BUMN ini menargetkan produksi migas mencapai 693 mboepd, atau meningkat enam persen dari prognosa tahun sebelumnya sebesar 654 mboepd.
Jika dirinci, target produksi minyak Pertamina tahun ini sebesar 334 ribu barel per hari (bph), meningkat dari target tahun 2016 sebesar 313 ribu bph. Sedangkan target produksi gas sebesar 2.080 juta kaki kubik per hari (mmscfd) atau meningkat dari tahun lalu yang sebesar 1.978 mmcsfd. (Baca: Lampaui Target, Lifting Minyak 2016 Cetak Rekor)
Menurut Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam, target peningkatan produksi migas tahun ini didukung oleh kenaikan produksi di beberapa wilayah kerja Pertamina di dalam negeri maupun luar negeri. "Ada Pertamina EP Cepu, produksi Blok ONWJ juga naik. Kemudian Pertamina EP, walaupun sedikit tapi naik dan produksi dari PIEP juga naik," kata dia di Jakarta, Selasa (3/1).
Beberapa proyek migas Pertamina seperti Matindok dan Paku Gajah juga akan berproduksi tahun ini. Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.
Proyek ini memiliki fasilitas produksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari rencana sumur pengembangan yang berasal dari lima lapangan gas bumi yaitu lapangan-lapangan gas Donggi, Matindok, Maleo Raja, Sukamaju, dan Minahaki. "Onstream tahun ini," kata Syamsu.
Produksi Minyak Mentah Tahunan PT Pertamina 2009-2015
Sementara itu, Pertamina menargetkan produksi panas bumi lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Target produksi panas bumi tahun ini sebesar 4.026 giga watt per hours (gwh), atau naik 31 persen dari proyeksi tahun lalu sebesar 3.075 gwh. (Baca: Awali 2017, Pertamina EP Lakukan Pengeboran Dua Sumur)
Ada beberapa alasan Pertamina menargetkan produksi panas bumi tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Salah satunya adalah mulai beroperasinya beberapa proyek panas bumi Pertamina, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong, Ulubelu.
Di sisi lain, Pertamina menganggarkan belanja untuk sektor hulu migas tahun ini sebesar US$ 3,7 miliar. Jumlah itu sudah termasuk anggaran untuk akuisisi beberapa lapangan migas, baik dalam ataupun luar negeri. Angka ini lebih tinggi dari realisasi tahun lalu yang hanya US$ 2,6 miliar.
(Baca: Pertamina Tambah Investasi 2017 Jadi Rp 80 Triliun)
Menurut Syamsu, ada beberapa lapangan migas yang diincar Pertamina di luar negeri tahun ini. Selain lapangan di Tanzania, ada juga di Rusia yang bekerja sama dengan Rosneft. Kemudian, lapangan di Iran dan Aljazair. “Doain saja biar nanti banyak yang jualan saham, biar bisa kami ambil,” ujar dia.