Hingga kuartal III 2016, kinerja keuangan PT Energi Mega Persada Tbk (EMP) masih memburuk. Sejak Januari hingga September 2016, EMP hanya mampu meraup pendapatan sebesar US$ 391 juta atau turun 37 persen dari pendapatan tahun lalu yang mencapai US$ 624 juta.
Akibat pendapatan yang turun, EMP pun membukukan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan mortisasi (EBITDA) lebih rendah dari tahun lalu. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, EBITDA EMP mencapai US$ 207 juta, jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 339 juta. (Baca: Perusahaan Migas Bakrie Menunggak Gaji Karyawan)
Menurut Direktur Utama EMP Imam P. Agustino, salah satu penyebab menurunnya laba dan pendapatan tersebut karena harga minyak yang rendah. “Harga minyak yang belum pulih memberi dampak ke perusahaan," kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (21/12).
Produksi minyak dan gas bumi (migas) EMP hingga September 2016 juga mengalami penurunan. Hingga September 2016, perusahaan yang berafiliasi dengan Grup Bakrie ini hanya memproduksi 42,3 ribu barel setara minyak (mboepd). Padahal tahun lalu, produksi migas perusahaan ini mencapai 46,6 mboepd.
Sekadar informasi, perusahaan ini memiliki 10 wilayah kerja migas. Rinciannya delapan wilayah kerja konvensional terdiri dari Gepang PSC, Malacca Straits PSC, Gelam TAC, ONWJ, Tonga PSC, Bentu PSC, Korinci Baru PSC, Kangean PSC dan Buzi di Afrika. Kemudian dua wilayah kerja non konvensional terdiri dari Sangatta II CBM PSC, dan Tabulako CBM PSC.
Kontribusi terbesar dari capaian produksi EMP tahun ini berasal dari Wilayah kerja Kangean, sebesar 19,7 mboepd. Di susul Blok ONWJ yang berhasil memproduksi migas sebesar 11,6 mboepd. (Baca: Kinerja Produksi Pertamina di Blok ONWJ Belum Mencapai Target)
Tahun depan EMP menurunkan target produksi migasnya sekitar 40 mboepd. Penyebabnya ada beberapa lapangan yang produksinya menurun, seperti Blok Malacca Straits. Di blok ini EMP bertindak sebagai operator dengan hak kelola 60,49 persen.
Pada 2017, EMP juga hanya fokus mengembangkan lapangan-lapangan migasnya yang sudah ada saat ini. Bahkan, EMP berencana akan melepas lebih dari 50 persen hak kelola Blok Buzi EPCC di Mozambik, Afrika. Di blok ini EMP bertindak sebagai operator yang mengempit 75 persen hak kelola, sisanya dimiliki oleh NOC Afrika yakni ENH.
Imam mengatakan alasan menjual hak kelola itu supaya dapat berbagi risiko dalam pengelolaan blok yang memiliki cadangan terbukti (P1) sebesar 29,5 miliar kaki kubik (bcf). "Kami lagi bicara dengan calon pembeli," kata dia. (Baca: Pekerja Ultimatum Perusahaan Bakrie Bayar Tunggakan Gaji)
Secara keseluruhan, dana investasi yang akan dikucurkan oleh EMP tahun depan juga mengalami penurunan sebesar 10 persen. Tahun depan, perusahaan ini menggelontorkan belanja modal sekitar US$ 114 juta atau sekitar Rp 1,9 miliar.