Anti klimaks. PT Perusahaan Listrik Negara akhirnya memasukkan kembali proyek pembangunan High Voltage Direct Current (HVDC) alias kabel bawah laut tegangan tinggi arus searah dalam revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Sebelumya, PLN menghapus program transmisi listrik Sumatera - Jawa itu dalam dokumen tersebut.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Jarman mengatakan perbaikan draf dengan menyantumkan HVDC dalam revisi RUPTL diserahkan dua hari yang lalu. Artinya, kali ini PLN tunduk pada instruksi pemerintah.
“RUPTL sudah diserahkan tanggal 30 Mei 2016. Perubahannya adalah sebagaimana diputuskan saat rapat hari Senin pekan kemarin. HVDC tetap ada di dalam RUPTL,” kata Jarman kepada Katadata di Jakarta, Rabu, 01 Juni 2016. (Baca juga: Pemerintah Pertanyakan Kemampuan Pendanaan PLN Bangun Pembangkit).
Sebelumnya, Menteri Energi Sudirman Said telah menegur jajaran direksi PLN karena menghilangkan proyek HVDC dalam revisi RUPTL. Proyek ini dinilai masih penting dijalankan mengingat kebutuhan listrik di Jawa sangat besar. “Kami minta agar HVDC dimasukan kembali ke RUPTL,” ujar Sudirman, di kantornya, Kamis pekan lalu.
Namun, Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan sedikitnya ada tiga alasan utama menghapus proyek tersebut. Pertama, terkait nilai keekonomian proyek. Pembangunan transmisi Sumatera - Jjawa dianggap tidak ekonomis untuk situasi saat ini. Kedua, terkait masalah teknis pelaksanaan. (Baca: Tiga Alasan PLN Hapus Proyek Kabel Laut Sumatera - Jawa).
“Hari ini Sumatera masih sangat membutuhkan daya listrik yang besar. Jawa sudah masuk 23 ribu megawatt dalam RUPTL,” kata Sofyan saat ditemui di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Senin, 30 Mei 2016. Adapun yang terakhir, rencana HVDC sudah terlampau lama sehingga mesti dikaji ulang lebih mendalam.
Terkait masalah pertumbuhan, menurut Sofyan, ekonomi di Sumatera semakin menggeliat. Dampaknya, konsumsi listrik wilayah tersebut semakin besar. Oleh karena itu, pembangunan HVDC yang mengalirkan listrik dari Sumatera ke Jawa bukan proyek yang tepat. Di sisi lain, Jawa sudah memperoleh porsi paling besar dalam pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW), yaitu sebesar 23 ribu MW.
“Hari ini Sumatera belum terintegrasi. Pantai Timur belum ada, pantai Barat belum ada, jaringan di tengah masih terputus-putus. Masih banyak beberapa pemadaman. Bagaimana kalau listrik dibawa ke Jawa? Apa tidak marah orang Sumatera?” ujarnya. (Baca: Empat Faktor Penghambat Realisasi Megaproyek Listrik 35 GW).
Sofyan menyarankan apabila proyek HVDC harus berjalan, listrik yang ada di Jawa justru dialirkan ke Sumatera, bukan sebaliknya. Tidak berjalannya proyek ini juga dianggap tidak akan mengganggu pembangunan proyek pembangkit listrik Sumatera Selatan 8, 9, dan 10. Ketiga pembangkit tersebut bisa terus dibangun dan listriknya untuk mengaliri wilayah Sumatera saja.
Meskipun demikian, baik PLN maupun Kementerian Energi belum bisa memberikan konfirmasi terkait mekanisme pembangunan proyek HVDC ini secara lebih rinci. Apakah listrik dari Sumatera tersebut tetap dialirkan ke Jawa atau sebaliknya.