KATADATA - Pelaku usaha menyatakan investasi hulu minyak dan gas bumi (migas) akan kembali menurun tahun depan. Bukan hanya investasi, pengusaha migas terpaksa harus melakukan efisiensi besar-besaran akibat harga minyak dunia yang rendah dan tidak kompetitif saat ini.
Direktur Indonesian Petroleum Association (IPA) Sammy Hamzah mengatakan saat ini industri migas tengah mengantisipasi ancaman harga minyak yang masih di bawah US$ 50 per barel. Kondisi ini membuat margin keuntungan perusahaan semakin tipis bahkan bisa merugi. (Baca: Kontraktor Migas Rugi Rp 96 Triliun Dalam Empat Tahun)
Tren penurunan harga minyak sudah terjadi sejak pertengahan tahun 2014. Harga minyak dunia yang masih di atas US$ 100 per barel, berangsur turun hingga di kisaran US$ 60 per barel. Tahun ini harga minyak sudah jauh di bawah prediksi. Pelaku usaha migas memperkirakan tahun ini harga minyak bisa menyentuh US$ 80 per barel, ternyata hingga saat ini masih di bawah US$ 50 barel.
Beberapa perusahaan telah menjual aset (farm out) karena tidak sanggup menahan beban keuangannya. Bahkan ada juga kontraktor kontrak kerja sama migas yang sudah melakukan pengurangan karyawan dan pemutusan hubungan kerja (PHK), karena kegiatan operasinya dikurangi. (Baca: Lima Kontraktor Melepas Saham di Banyak Blok Migas)
“Saya tidak pungkiri akan ada pelepasan karyawan dalam waktu ke depan, bahkan sudah terjadi sekarang. Bidangnya itu pertama eksplorasi, kedua sifatnya supporting. Misalnya yang (awalnya) dua orang, jadi satu orang,” ujarnya.
Struktur pekerjaan di industri migas dibagi atas tiga indikator karyawan, yakni karyawan tetap, kontrak, dan karyawan subkontraktor. Total jumlah pekerja dari tiga indikator tersebut sekitar 200.000-300.000 orang. Jumlah karyawan tetapnya sekitar 1 persen dari jumlah tersebut.
Terkait upaya efisiensi, perusahaan tentu akan lebih memilih mengurangi karyawan kontrak terlebih dahulu. Berkurangnya kegiatan operasi dan investasi, akan berpengaruh pada order yang didapat subkontraktor atau perusahaan jasa penunjang migas. Akhirnya pengurangan karyawan di perusahaan ini pun terjadi.
Sammy mengaku tidak mengetahui secara pasti berapa banyak pengurangan karyawan yang terjadi di industri migas tahun ini. Yang pasti sudah ada beberapa perusahaan yang melakukan pengurangan karyawan tetap.
Kepala Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro mengakui harga minyak yang rendah akan memukul bisnis pengusaha migas. Namun, dia juga mengaku tidak memiliki catatan pasti mengenai adanya PHK perusahaan migas di Indonesia. (Baca: SKK Migas Usul Sejumlah Insentif untuk Industri Migas)
Elan hanya menyebutkan pengurangan karyawan secara global di dunia. Untuk perusahaan jasa migas (oil service) tercatat sebanyak 67.000 orang dan perusahaan perminyakan sebanyak 26.000 orang. “Di Indonesia kondisi ini kami redam semasimal mungkin. Paling tidak kami buat kebijakan tidak melakukan penerimaan karyawan baru pada KKS dan terjadi pensiunan alamiah tiap tahun 5-6 persen,” ujarnya.