KATADATA ? Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memiliki pandangan yang berbeda mengenai nuklir. Perbedaan ini terkait perlu atau tidaknya pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dibangun di Indonesia.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menganggap pembangunan PLTN belum terlalu penting saat ini, apalagi jika melihat segi keamanan. PLTN bisa dijadikan alternatif terakhir dalam mengatasi kebutuhan energi di Indonesia.
"Sehebat-hebatnya orang Jepang menjaga teknologinya (juga mengalami masalah). Apalagi kita yang agak sembrono, jadi mengkhawatirkan masyarakat," kata dia di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (14/4).
Menurut JK, faktor geografis di Indonesia belum bisa mendukung teknologi nuklir. Dia mengatakan tempat yang paling cocok untuk membangun PLTN adalah di Jawa, karena pembangkit ini harus dibangun dengan kapasitas yang besar. Setidaknya kapasitas PLTN yang akan dibangun mencapai 1.000 megawatt. Masalahnya, secara geografis pulau Jawa berada di antara gunung merapi yang rawan gempa.
Selain di Jawa, ada juga daerah yang cocok yakni di Belitung. Tapi di daerah tersebut juga memiliki kendala. Jika dibangun di Belitung, diperlukan kabel penghubung yang panjang untuk mengaliri listrik ke industri yang berada di Jawa. Makanya pembangunan PLTN di Belitung, akan membutuhkan biaya yang sangat mahal.
Daerah yang tidak rawan gempa lainnya adalah di Kalimantan. Namun, kata JK, daerah tersebut lebih cocok menggunakan bahan baku batubara. Karena Kalimantan merupakan sentra produksi batu bara, sehingga bisa lebih mudah memasok pembangkit di sana.
Berbeda dengan JK, Menteri ESDM Sudirman Said malah meminta agar nuklir tetap dipikirkan sebagai alternatif energi nasional. Dia berharap nuklir tidak menjadi pilihan terakhir untuk mengatasi masalah krisis energi.
"Kalau tanya Presiden (Joko Widodo), nuklir tidak bermasalah untuk kita kerjakan. Kita mesti sampai pada nuklir tidak jadi pilihan terakhir," kata Sudirman.
Senada dengan Sudirman, Kepala Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada Deendarlianto juga menganggap PLTN adalah sumber alternatif energi yang aman. Pernyataan tersebut berdasarkan hasil riset yang dia lakukan sejak 2000 sampai 2015.
"Secara internasional dinyatakan bahwa mulai dari reaktor generasi kedua plus, sampai generasi keempat itu (teknologi nuklir) sudah dalam kondisi aman," ujar dia.