PT Vale Indonesia Tbk menaikkan target volume produksi dan penjualan nikel matte pada tahun ini. Emiten dengan kode INCO itu merevisi target produksi nikel yang awalnya 71.000 ton menjadi sebesar 73.700 ton, atau naik 4% dibandingkan tahun lalu.
Direktur Keuangan INCO Bernardus Irmanto menjelaskan keputusan tersebut diambil karena perusahaan menunda proyek pembangunan ulang tungku atau rebuild tanur listrik 4. Proyek tersebut dijadwalkan mulai konstruksi pada triwulan keempat tahun ini, namun ditunda ke triwulan kedua tahun depan.
Meski demikian, perusahaan berupaya agar pembangunan proyek rebuild tanur listrik 4 tak berdampak pada produksi nikel tahun depan. Perusahaan pun bakal memaksimalkan fasilitas produksi yang ada.
"Mulai pada Mei 2021, selesai awal November 2021. Beroperasi hanya tiga furnance dari empat yang ada," kata Bernadus dalam paparan Public Expose LIVE 2020, Rabu (26/8).
Adapun peningkatan produksi nikel matte pada tahun ini akan berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi energi smelter. Setidaknya dibutuhkan 5,5-5,8 ton batu bara untuk menghasilkan per ton nikel.
"Tentu saja karena produksi lebih tinggi maka konsumsi energi juga akan lebih tinggi," ujarnya.
Di sisi lain, kinerja keuangan INCO pada triwulan kedua 2020 (unaudit) mencatatkan produksi perusahaan mencapai 18.701 metrik ton nikel dalam matte dan pengiriman nikel matte sebesar 19.887 ton. Dengan produksi tersebut, perusahaan membukukan penjualan pada triwulan kedua tahun ini sebesar AS$ 185,7 juta.
INCO mencatat produksi nikel dalam matte dan pengiriman nikel matte pada triwulan kedua 2020 masing-masing lebih tinggi sekitar 6% dan 19% dibandingkan triwulan pertama 2020. Sedangkan produksi dan pengiriman pada semester I 2020 masing-masing lebih tinggi 18% dan 19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Untuk harga rata-rata realisasi nikel pada triwulan II 2020 lebih rendah 11% dibandingkan triwulan kedua tahun lalu. Sedangkan pengiriman volume nikel matte naik 6% pada triwulan II 2020 dibandingkan triwulan I tahun ini.