PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN bakal fokus menggarap proyek gasifikasi pembangkit listrik tenaga diesel milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. Anak usaha Pertamina itu bahkan menargetkan bisa menyelesaikan tiga pembangkit dalam waktu dekat.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Syahrial Mukhtar mengatakan tiga pembangkit yang masuk dalam program quick win gasifikasi itu terdiri dari PLTMG di Nias, PLTMG di Tanjung Selor, dan PLTMG di Sorong. PLTMG Nias memiliki kapasitas gas 4,7 BBTUD masih dalam tahap pembahasan dengan PLN.
PGN berharap bisa segera membangun proyek tersebut. Adapun pembangunan yang direncanakan dalam waktu dekat berupa sarana penyimpanan gas alam cair (LNG) di darat dan penyiapan infrastruktur penyokong kapal untuk membawa LNG dari Arun ke Nias.
Selanjutnya, ada PLTMG Tanjung Selor yang memiliki volume gas sebesar 2 BBTUD. PGN tengah menyiapkan infrastruktur termasuk sarana transportasi untuk membawa gas dari Bontang ke Tanjung Selor dengan menggunakan ISO tank.
"Ini diharapkan bisa lebih cepat lagi untuk bisa digasifikasi. Dimulai operasinya di dalam dua bulan ke depan," kata Syahrial dalam konferensi pers virtual, Jumat (28/8).
Untuk PLTMG Sorong, PGN masih dalam tahap pembahasan dengan PLN. Khusus untuk proyek tersebut, PGN bekerja sama dengan perusahaan daerah untuk melaksanakan konversi pembangkit listriknya.
Dengan kerja sama dengan perusahaan daerah, PGN ingin manfaat konversi pembangkit listrik dari bahan bakar diesel menjadi gas bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar. "Manfaat untuk konversi ini diharapkan bisa dirasakan oleh pemerintah daerah dan berbagai pihak yang ada," katanya.
Tidak hanya itu, PGN juga mencari mitra untuk membiayai proyek gasifikasi 52 pembangkit listrik tenaga diesel lainnya milik PLN. Dalam proyek itu, PGN akan mengonversikan pembangkit dari bahan bakar diesel menjadi gas dengan pasokan sebesar 150 sampai 300 juta meter kaki kubik per hari (MMscdf).
Direktur Utama PGN Suko Hartono mengatakan pihaknya tengah menyusun penugasan yang tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No.13/2020. Dia menargetkan proyek senilai US$ 1,5 miliar atau setara Rp 21,6 triliun itu bisa selesai dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
“Kami butuh banyak partner, investasi besar sekitar US$ 1,5 miliar,” ujar Suko dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Senin (7/6).
Pertamina sebelumnya telah menunjuk dan menugaskan PGN sebagai subholding gas untuk penyediaan pasokan dan infrastruktur LNG untuk pembangkit listrik PLN. Perjanjian itu telah berjalan efektif sejak Februari 2020.