Arab Saudi berencana untuk melepas 1% sahamnya pada perusahaan minyak raksasa milik negara, Saudi Aramco, kepada perusahaan energi global. Pihak kerajaan saat ini tengah dalam tahap diskusi dengan calon investor.
Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman Al Saud mengatakan bahwa Aramco kemungkinan akan menjual lebih banyak sahamnya dalam satu atau dua tahun ke depan, termasuk kepada investor internasional.
"Sekarang ada pembicaraan untuk akuisisi 1% saham oleh perusahaan energi global terkemuka dalam kesepakatan penting yang akan meningkatkan penjualan Aramco di sebuah negara besar," katanya mengutip Reuters, Rabu (28/4). Namun Putra Mahkota Arab Saudi ini tidak menyebutkan negara mana yang dimaksudnya.
Saudi Aramco, yang merupakan perusahaan minyak terbesar di dunia, melakukan penawaran saham perdana (initial public offering) pada akhir 2019 lalu. Ketika itu Aramco berhasil meraup dana segar US$ 25,6 miliar (Rp 358 triliun, kurs Rp 14.000 per dolar) setelah melepas miliar saham pada harga 32 riyal (US$ 8,53) per saham.
Ini merupakan rekor IPO terbesar di dunia. Setelah IPO, Aramco menjual tambahan 450 juta saham melalui opsi greenshoe, sehingga total raihan dananya melonjak menjadi US$ 29,4 miliar atau lebih dari Rp 411 triliun.
IPO Saudi Aramco pada 2019 lalu dipandang sebagai pilar program diversifikasi ekonomi yang bertujuan untuk menarik investasi asing.
Hasil dari penjualan saham ini nantinya akan ditransfer ke Dana Investasi Publik (PIF) sesuai pilihan Pangeran Mohammed. Pemerintah Arab Saudi memang tengah berupaya mendiversifikasi perekonomiannya yang sangat bergantung pada minyak.
Dalam upaya itu pula pada awal April lalu Saudi Aramco mencapai kesepakatan untuk menjual saham minoritas pada anak usahanya yang baru dibentuk, Aramco Oil Pipelines Company, kepada sebuah konsorsium yang dipimpin EIG Global Energi Partners yang berbasis di Amerika Serikat (AS) senilai US$ 12,4 miliar (Rp 181 triliun).
"Aramco akan menerima sekitar US$ 12,4 miliar yang akan memperkuat struktur neraca keuangannya. Sebagai bagian dari transaksi, Aramco Oil Pipelines Company akan menyewakan hak penggunaan jaringan pipa minyak mentah kepada Aramco untuk periode 25 tahun," tulis pernyataan perusahaan, dikutip dari AFP.
Konsorsium yang dipimpin EIG akan memegang 49% saham di anak perusahaan Aramco. Sehingga perusahaan akan tetap mempertahankan kepemilikan penuh dan kendali operasional. Aramco tidak menyebutkan perusahaan apa saja yang menjadi bagian dari konsorsium tersebut.
Dalam pernyataannya, kepala eksekutif Aramco Amin Nasser memuji kesepakatan itu sebagai transaksi penting yang akan membantu memaksimalkan keuntungan bagi pemegang saham perusahaan. Pasalnya, Aramco menghadapi tekanan untuk mempertahankan setoran jumbo dividen kepada pemerintah Arab Saudi.
Sedangkan perusahaan terus membukukan penurunan laba sejak mulai mengungkapkan pendapatannya kepada publik pada 2019. Pada 2020 saja Aramco membukukan penurunan laba bersih sebesar 44,4% imbas penurunan harga minyak mentah.
Meski labanya anjlok, Aramco tetap pada komitmennya untuk membayar dividen senilai US$ 75 miliar atau lebih dari Rp 1.087 triliun, yang jauh lebih besar dari laba dan arus kas yang tersedia. Pembayaran dividen dari Aramco membantu pemerintah Arab Saudi, mengelola defisit anggaran yang membengkak.