SKK Migas menyampaikan produksi minyak dan gas bumi siap jual atau lifting tahun ini diperkirakan hanya mencapai 1,669 juta barel minyak ekuivalen per hari (mboepd). Angka tersebut 97,5% dari target yang ditetapkan dalam APBN 1,712 mboepd.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan ada beberapa tantangan dan kendala dalam mencapai produksi tahun ini. Beberapa di antaranya seperti entry point yang rendah karena laju penurunan produksi alamiah yang lebih cepat dan lebih tinggi dari prognosis di beberapa KKKS.
Kemudian terjadinya kegagalan operasional produksi yang tidak direncanakan atau unplanned shutdown di beberapa KKKS. "Mundurnya kontribusi sumur baru karena keterlambatan eksekusi kegiatan pengeboran dan mundurnya onstream beberapa lapangan," kata Dwi dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII, Kamis (27/5).
Dengan kondisi tersebut, maka potensi pengurangan produksi untuk minyak mencapai 25 mbopd (ribu barel per hari) dan gas sebesar 99 MMscfd (juta standar kaki kubik per hari).
Simak kinerja lifting migas tujuh tahun terakhir pada databoks berikut:
Meski demikian, SKK Migas mengupayakan untuk mengejar pengurangan produksi tersebut, seperti menambah program kerja pengeboran sumur, work over, dan perawatan sumur minyak, optimasi produksi dari penerapan teknologi dengan skema no cure no pay.
Kemudian debottlenecking dan pengurasan stok, optimasi penyerapan atau komersialisasi gas dan optimasi operasi. Dengan strategi tersebut, maka potensi penambahan produksinya untuk minyak mencapai 6,7 mbopd dan gas 55 MMscfd.
Sementara untuk untuk 2022, Dwi memproyeksikan lifting migas dapat mencapai 1,739 mboepd dengan lifting minyak sebesar 704 ribu bopd. Sementara proyeksi lifting gas bumi hingga akhir tahun 2021 diproyeksikan hanya mencapai 5.527 MMscfd dari target APBN 5.638 MMscfd. "Dari minyak bumi tahun ini diproyeksikan 682 ribu bopd," kata dia.
Anggota Komisi VII Ratna Juwita mempertanyakan penurunan produksi yang terus merosot di akhir tahun ini. Menurut dia seharusnya SKK Migas sudah dapat memitigasi tantangan tantangan tersebut di awal.
Dia pun berharap di penghujung akhir tahun ini dan 2022 mendatang SKK Migas harus mulai memetakan skema yang menjadi solusi dan kendala untuk diketahui di awal. "Jangan sampai pandemi Covid-19 menjadi toleransi yang berkepanjangan untuk tidak memenuhi target yang sudah ditetapkan," ujarnya.