Pertamina Simpulkan Kebakaran Kilang Balongan Akibat Sambaran Petir
Pertamina merilis hasil investigasi atas kebakaran tangki di komplek Kilang Balongan pada Maret lalu. Hasil investigasi menyebutkan kebakaran di empat tangki T-301 disebabkan sambaran petir.
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Djoko Priyono mengatakan menggandeng empat lembaga dalam proses investigasi dalam mengusut penyebab kebocoran dan kebakaran di tangki.
Lembaga tersebut yakni Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) yang berada di bawah BPPT, Pusat Penelitian Petir LAPI ITB, Ditjen Migas Kementerian ESDM, dan satu lembaga luar negeri yaitu Det Norske Veritas (DNV).
Keempat lembaga tersebut memaparkan empat kesimpulan yang berbeda. Kemudian, Pertamina menggunakan analisis tim internal yang menyimpulkan penyebab kebocoran tangki terjadi karena sambaran petir travelling pada pukul 23.09 WIB.
"Penipisan yang terjadi menyebabkan dinding tangki G tidak dapat menahan tekanan mekanik dari BBM di dalam tangki. Sehingga tangki mengalami sobek dan bocor," ujar Djoko dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Rabu (29/9).
Empat tangki terbakar dalam insiden tersebut yakni T-301E, T-301F, T-301G, dan T-301H. Namun, ledakan berasal dari tangki T-301G yang merembet ketiga tangki lainnya.
Berdasarkan investigasi B2TKS-BPPT, tangki G secara umum dalam kondisi baik dan tidak terbukti mengalami kebocoran karena korosi. Ketebalan tangki bisa menyebabkan kebocoran bila di bawah 1,5 mm, sementara hasil pengukuran B2TKS, ketebalan tangki G Balongan saat itu 4,19 mm hingga 8,85 mm.
Adapunberdasarkan Pusat Penelitian Petir LAPI-ITB, kebocoran terjadi akibat adanya sambaran petir traveling yang menyebabkan panas di dinding tangki. Kondisi ini mendegradasi tangki tersebut.
Dari Ditjen Migas, kebocoran disebabkan kegagalan dari las-lasan akibat korosi. Hal tersebut berdasarkan sampel yang telah diambil Ditjen Migas pada plat tangki sejak 5 hari pasca kebakaran.
Kemudian hasil investigasi DNV menyimpulkan penyebab kebocoran karena korosi pada dinding bagian dalam tangki yang tidak terdeteksi. Terutama saat inspeksi dilakukan sebelum dinding tangki mencapai kondisi kritis yang diakibatkan pembebanan yang melebihi batas kemampuan.
Pertamina mempunyai enam unit kilang minyak di Indonesia. Total produksi di enam kilang tersebut mencapai 1.031 ribu barel per hari (MBSD). Kilang terbesar berada di Unit Pengolahan (UP) IV Cilacap sebesar 348 MBSD. Kilang minyak unit V Balikpapan menyusul dengan kapasitas produksi 260 MBSD. Berikut grafik Databoks masing-masing kapasitas kilang milik Pertamina: