Proses peralihan Blok Mahakam beberapa tahun lalu menjadi pelajaran cukup penting bagi Pertamina. Pengalaman peralihan Blok Mahakam menjadi bekal buat pertamina menjalani proses transisi yang lebih mulus untuk Blok Rokan.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengakui proses peralihan di Blok Mahakam memberikan pengalaman traumatik. Dia mengatakan operator sebelumnya di Blok Mahakam, Total E&P Indonesia, tak berinvestasi sama sekali setelah mengetahui kontraknya di Blok Mahakam tidak diperpanjang.
Akibatnya produksi Blok Mahakam terjun bebas. Selama dua tahun terakhir saat masih dipegang perusahaan asal Perancis itu, tak ada kegiatan pengeboran sama sekali. Akhirnya, ketika Blok Mahakam diserahkan ke Pertamina, penurunan produksi secara alamiah alias natural decline mencapai 57%.
"Tapi kembali lagi ini sudah terjadi lesson learn masa transisi yang tidak mulus," kata Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII.
Untuk menggenjot kembali produksi Blok Mahakam, Pertamina mengebut pengeboran sumur selama setahun. Dengan pengeboran sebanyak 199 sumur, Pertamina berhasil memperkecil decline menjadi 25%.
Hingga saat ini penurunan produksi secara alamiah masih terjadi meski telah mengebor 200-220 sumur setahun. "Dengan jumlah 220 sumur pertahun, artinya dua hari sekali kami mengebor. Di Blok Rokan jumlahnya 500 sumur pertahun atau dua hingga tiga kali pengeboran sehari," ujarnya.
Nicke pun bersyukur pengalaman buruk yang terjadi di Blok Mahakam tidak terulang di Blok Rokan. Sehingga Blok Rokan akan menjadi percontohan yang baik untuk alih kelola berikutnya.
Sebelumnya, Pertamina menyambut baik insentif dari pemerintah untuk Blok Mahakam yang sangat membantu dalam menahan laju penurunan produksi secara alamiah. Tanpa insentif, tak banyak yang bisa dilakukan perusahaan energi pelat merah ini untuk mengerem laju penurunan produksi yang mencapai 30% per tahun.
Senior Manager Relations Pertamina Hulu Indonesia (PHI) Regional Kalimantan, Farah Dewi mengatakan bahwa tanpa insentif, produksi gas di wilayah kerja ini berpotensi jeblok hingga di bawah 400 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd), sedangkan minyak di bawah 20.000 barel per hari (bph).
Lapangan Blok Mahakam yang telah beroperasi lebih dari 50 tahun memiliki laju penurunan produksi alamiah yang tinggi. "Sekitar 30% per tahun," ujar Farah.
Persetujuan insentif dari pemerintah membuat Pertamina Hulu Mahakam (PHM)
mampu menahan laju penurunan produksi dan mempertahankan tingkat produksi migas di level 110 ribu barrel of oil equivalent per day (boepd) yang setara dengan 500 mmscfd gas dan 20.000 bph minyak dan kondensat selama beberapa tahun ke depan.
Selain itu, PHM juga dapat merealisasikan rencana pengembangan dan optimasi lapangan-lapangan di Blok Mahakam untuk mendorong peningkatan jumlah cadangan terbukti, memperpanjang usia lapangan, dan memelihara keberlangsungan produksi migas.