Pemerintah terus mendorong program pengembangan bahan bakar nabati (BBN) bioavtur untuk industri penerbangan. Selain bersih, pangsa pasar bahan bakar bioavtur 2,4% (J2.4) diproyeksi mencapai Rp 1,1 triliun per tahun.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan saat ini pemerintah tengah mengupayakan agar keekonomian bioavtur J2.4 dapat terpenuhi. Salah satunya dengan memberikan insentif perpajakan berupa super deduction tax hingga 300% bagi perusahaan yang mengembangkan bahan bakar tersebut.
"Dengan perkiraan konsumsi avtur harian sekitar 14.000 kilo liter (kl), maka potensi pasar bioavtur J2,4 akan mencapai sekitar Rp 1,1 triliun pertahunnya," kata Airlangga dalam acara Seremoni Keberhasilan Uji Terbang Pesawat CN235-220 FTB dengan Bahan Bakar Bioavtur, Rabu (6/10).
Sehingga Indonesia akan menjadi pangsa pasar yang besar bagi pengembangan industri sawit nasional. Apalagi 55% pangsa pasar minyak sawit dunia ada di Indonesia.
Di samping itu, industri kelapa sawit nasional juga telah berkontribusi dalam membuka lapangan kerja, yang menyerap hingga 12 juta tenaga kerja. Industri ini juga memiliki kontribusi ekspor non migas terbesar, yakni mencapai 15%. "Ekspor kontribusi 15%, dan ini sumber energi bersih terbarukan," ujarnya.
Pemerintah sebelumnya telah mengimplementasikan program mandatori campuran biodiesel 30% atau B30. Adapun kontribusi penurunan emisi gas rumah kaca dari program ini yakini mencapai 23,3 juta ton karbon dioksida pada 2020.
Untuk itu, pemerintah tetap berkomitmen untuk mendukung program biodiesel (B30) pada tahun 2021 dengan target alokasi penyaluran B30 sebesar 9,2 juta KL. Mengingat di tahun 2025 pemerintah mempunyai target bauran energi terbarukan sebesar 23% di tahun 2025.
"Keberhasilan katalis merah putih dan uji terbang momentum disahkan oleh masyarakat Indonesia dan ini diharapkan langkah awal peningkatan kontribusi biofuel bagi transportasi udara," katanya.
Seperti diketahui, Pertamina berhasil memproduksi bahan bakar pesawat ramah lingkungan Bioavtur J2.4. Bahan bakar nabati (BBN) yang diproduksi di kilang Cilacap ini telah diujicobakan pada pesawat CN235 FTB.