Berita Bioavtur Terbaru dan Terkini Hari Ini - Katadata.co.id

Pertamina menyebut, produksi bioavtur jenis ini dilakukan sebagai langkah untuk mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan untuk sektor penerbangan.

PT Kilang Pertamina Internasional akan mulai uji coba produksi bioavtur dari bahan baku minyak jelantah di Kilang Cilacap pada Q2 2025 untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar berkelanjutan.

Para eksekutif dan analis minyak menyatakan kemampuan Asia untuk memasok bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau avtur hijau diprediksi melampaui permintaan regional tahun ini.

Kilang Montana Renewables di Great Falls dibuka pada akhir tahun 2022 dan memproduksi sekitar 140 juta galon bahan bakar nabati per tahun.

Bioavtur Pertamina memenuhi persyaratan sustainability dan dapat diterima serta diperdagangkan sesuai regulasi International Civil Aviation Organization (ICAO) CORSIA (worldwide) dan Uni Eropa.

Eksportir minyak jelantah PT Gapura Mas Lestari (GML) akan menjamin pasokan feedstock untuk produksi bioavtur di Green Refinery Cilacap.

Pemerintah berencana mengimplementasikan kewajiban atau mandatori Bioavtur atau bahan bakar pesawat ramah lingkungan (SAF).

PT Pertamina (Persero) akan memasarkan bahan bakar Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur berbahan baku used cooking 0il (UCO) atau minyak jelantah

Presiden Prabowo Subianto menargetkan implementasi biodiesel 50 persen atau B50 mulai 2026.

Menteri Investasi dan Hilirisasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengungkapkan rencana pemerintah mengembangkan rumput laut menjadi produk bioavtur.

Chandra Asri mengatakan minyak jelantah yang dikumpulkan oleh TUKR nantinya dikirim ke kilang bio untuk menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan.

Rolls-Royce menilai adopsi SAF yang lebih luas membutuhkan dukungan insentif dan kebijakan dari pemerintah sehingga harganya bisa mencapai level keekonomian.

Hilirisasi industri kelapa memiliki tujuh arah diversifikasi, antara lain untuk bahan baku bahan bakar pesawat ramah lingkungan atau bioavtur.

Pertamina Patra Niaga mengklarifikasi apa yang disampaikan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) soal praktik monopoli penyediaan avtur di Indonesia.

Saat ini harga bioavtur masih 300%-400% lebih mahal dibandingkan dengan harga avtur konvensional.