Harga Minyak Dunia Melonjak usai Arab Saudi Naikkan Harga

PT Kilang Pertamina Balikpapan
Ilustrasi. Langkah OPEC+ untuk menambah produksi secara luas dipandang tetap tidak mungkin memenuhi permintaan minyak.
Penulis: Agustiyanti
6/6/2022, 07.42 WIB

Harga minyak naik lebih dari US$ 2 pada awal perdagangan pada hari ini (6/2), setelah Arab Saudi menaikkan harga secara tajam untuk penjualan minyak mentahnya pada Juli. Tindakan Saudi menandakan betapa ketatnya pasokan bahkan setelah OPEC+ setuju untuk mempercepat peningkatan produksinya selama dua bulan ke depan.

Minyak mentah Brent berjangka naik US$ 1,80, atau 1,5% menjadi US$ 121,52 per barel pada 2319 GMT setelah menyentuh intraday high US$ 121,95 dan memperpanjang kenaikan 1,8% sejak Jumat.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$ 1,63, atau 1,4%, menjadi US$ 120,50 per barel setelah mencapai level tertinggi tiga bulan di US$ 120,99. Kontrak naik 1,7% sejak Jumat.

Arab Saudi menaikkan harga jual resmi (OSP) untuk minyak mentah ringan Arab, andalannya ke Asia menjadi US$ 6,50 premium versus rata-rata benchmark Oman dan Dubai, naik dari premium US$ 4,40 pada bulan Juni. Kenaikan harga ini diumumkan produsen minyak negara Aramco.

Langkah itu dilakukan meskipun ada keputusan pekan lalu oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC+, untuk meningkatkan produksi pada Juli dan Agustus sebesar 648.000 barel per hari, atau 50% lebih banyak dari yang direncanakan sebelumnya.

Arab Saudi juga meningkatkan OSP Arab Light ke Eropa barat laut menjadi US$4,30, di atas ICE Brent untuk bulan Juli, naik dari premium US$ 2,10 pada Juni. Namun, itu mempertahankan premium stabil untuk barel menuju harga Amerika Serikat di US$ 5,65, di atas Argus Sour Crude Index (ASCI).

Langkah OPEC+ untuk menambah produksi secara luas dipandang  tetap tidak mungkin memenuhi permintaan. Ini karena beberapa negara anggota, termasuk Rusia, tidak dapat meningkatkan produksi, sementara permintaan melonjak di Amerika Serikat di tengah musim mengemudi dan Cina melonggarkan penguncian COVID.

"Sementara peningkatan itu sangat dibutuhkan, itu jauh dari ekspektasi pertumbuhan permintaan, terutama dengan larangan parsial UE terhadap impor minyak Rusia juga diperhitungkan," kata analis Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan.