OPEC Mau Pangkas Produksi, Harga Minyak Tembus Lagi US$100 / Barel

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Pekerja berjalan di kapal tongkang akomodasi (Barge 222) Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta.
Penulis: Syahrizal Sidik
29/8/2022, 08.27 WIB

Harga minyak mentah dunia kembali bergerak naik pada perdagangan di awal pekan ini, Senin (29/8). Investor merespons positif rencana negara yang tergabung dalam OPEC untuk memangkas produksi guna mengantisipasi dampak kenaikan suku bunga di Amerika Serikat.

Mengutip Reuters, Senin ini, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 2 sen menjadi US$ 93,08 per barel, menambah kenaikan dari posisi Jumat kemarin. Sedangkan, minyak mentah berjangka Brent naik 0,01% ke level US$ 100,99 per barel posisi penutupan Jumat pekan lalu.

Sebelumnya, harga minyak mentah melemah pada perdagangan Jumat (26/8), terkait rencana kenaikan suku bunga AS yang dikhawatirkan akan melemahkan permintaan minyak mentah ditengah perlambatan ekonomi dunia.

Selain itu, kesepakatan mengenai nukilr Iran, diperkirakan akan terjadi penambahan pasokan minyak mentah sebesar 1 juta barel per hari turut menjadi sentimen penekan harga.

Dalam pidatonya Jumat lalu, Powell mengatakan akan terus menekan inflasi. "Kemungkinan akan membutuhkan periode pertumbuhan di bawah tren yang berkelanjutan dan akan membawa rasa sakit bagi rumah tangga dan bisnis", katanya.

Hal ini turut mengguncang pasar saham dan meningkatkan dolar. Tercatat, indeks dolar terus naik pada hari Senin ke 109,16, naik 0,3% di awal perdagangan.

"Dolar yang lebih kuat membebani minyak karena membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya," tulis laporan itu.

Namun, harga minyak telah didukung oleh pembicaraan dari Arab Saudi dan anggota lain dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu, bersama-sama disebut OPEC+, bahwa mereka dapat memangkas produksi untuk menyeimbangkan pasar.

Uni Emirat Arab sejalan dengan pemikiran Saudi tentang kebijakan produksi, sebuah sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters pada hari Jumat, sementara kementerian perminyakan Oman juga mengatakan pihaknya mendukung upaya OPEC+ untuk menjaga stabilitas pasar.

Sumber tesebut pada pekan lalu mengatakan OPEC akan mempertimbangkan pemotongan produksi untuk mengimbangi setiap peningkatan dari Iran jika sanksi minyak dicabut jika Teheran setuju untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir.

"Fokus pedagang akan beralih kembali ke faktor penawaran-permintaan, dengan negosiasi nuklir AS-Iran sedang berlangsung," kata analis CMC Markets Tina Teng.

Di sisi lain, tanda-tanda meningkatnya permintaan tercermin dari kenaikan harga minyak, karena harga gas alam yang lebih tinggi di Eropa yang mendorong pembangkit listrik dan pengguna industri untuk beralih ke solar dan bahan bakar minyak, kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.