Kementerian ESDM melaporkan capaian kinerja produksi batu bara triwulan I 2023 sebesar 170,2 juta ton. Angka ini lebih rendah 1,6% dari target 173 juta ton karena kendala faktor cuaca dengan tingginya curah hujan.
"Tantangan kegiatan produksi lebih ke masalah cuaca yang cenderung sering hujan sehingga capaian produksi sedikit di bawah target triwulan," kata Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Kementerian ESDM, Lana Saria lewat pesan singkat WhatsApp pada Kamis (13/4).
Dia juga menyampaikan realisasi pemasaran ekspor sebanyak 122,84 juta ton yang dikirim ke beberapa negara asia timur seperti Cina, Korea Selatan, Jepang dan Taiwan. Selain itu, batu bara Indonesia juga diminati oleh sejumlah negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietman dan Bangladesh.
Sementara itu realisasi pasokan batu bara untuk kebutuhan Domestic Market Obligation (DMO) kelistrikan hingga akhir Maret 2023 mencapai 31,35 juta ton atau 19,4% dari target kebutuhan pasokan batu bara untuk pembangkit listrik PLN yang mencapai 161,2 juta ton sepanjang tahun ini.
Kementerian ESDM menargetkan produksi batu bara sebanyak 694 juta ton pada 2023. Angka ini lebih tinggi 4,6% dari target produksi tahunan sejumlah 663 juta ton tahun ini. "Sementara proyeksi produksi sampai akhir tahun 2023 masih menggunakan rencana produksi yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu 694,5 juta ton," ujar Lana.
Sebelumnya, PLN memproyeksikan kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik pada 2023 mencapai 161,2 juta ton. Besaran ini untuk alokasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN sebesar 83 juta ton dan PLTU milik swasta atau Independent Power Producer (IPP) sebesar 78,2 juta ton.
Direktur Pengembangan PLN Batu Bara, Eko Yuniarto, menjelaskan bahwa besaran angka tersebut sudah memperhitungkan variabel stok batu bara minimum hari operasi (HOP) antara 15 hingga 20 hari.
Eko menjelaskan, besaran estimasi permintaan batu bara pada tahun depan lebih tinggi dari prediksi permintaan batu bara pada tahun ini yang berada di angka 115 juta ton. Peningkatan kebutuhan batu bara untuk kebutuhan PLN pada tahun ini disebabkan oleh sejumlah faktor, salah satunya yaitu asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%.
"Pertumbuhan penjualan tenaga listrik konsolidasi sebesar 4,23%, peningkatan tersebut dikarenakan terdapat penambahan injeksi pelanggan besar," kata Eko saat menjadi pembicara dalam Rakernas II ASPEBINDO di Hotel Dharmawangsa pada Senin (19/12/2022).
Lebih lanjut, kata Eko, melonjaknya ramalan permintaan batu bara tahun depan disebabkan oleh adanya kenaikan penjualan tenaga listrik sekitar 6 terawatthour (TWh) dari tahun 2022. Kondisi tersebut berdampak pada peningkatan capacity factor (CF) pada beberapa PLTU untuk tahun 2023.
"Adanya kenaikan penjualan tenaga listrik sekitar 6 TWh dari tahun 2022, jadi beberapa PLTU CF-nya meningkat untuk tahun 2023," ujar Eko.