Harga Minyak Jatuh di Tengah Potensi Kesepakatan Nuklir AS dan Iran
Harga minyak mentah berjangka turun pada perdagangan Jumat pagi ini (9/6) di tengah laporan kemungkinan kesepakatan nuklir antara Amerika Serikat dengan Iran.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun US$ 1,24 atau 1,71% menjadi menetap di US$ 71,29 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus merosot US$ 0,99 atau 1,29% ke level US$ 75,96 per barel di London ICE Futures Exchange.
Amerika Serikat dan Iran hampir mencapai kesepakatan sementara, yang memungkinkan Iran mengekspor 1 juta barel minyak setiap hari, menurut sebuah laporan oleh situs berita yang berbasis di London, Middle East Eye, Kamis (8/6).
Harga minyak turun lebih dari tiga dolar AS di tengah laporan Washington akan memberikan keringanan sanksi kepada Iran untuk mengekspor minyak dengan imbalan Teheran mengurangi pengayaan uranium, tetapi memangkas sebagian dari kerugiannya setelah pihak AS mengatakan berita itu salah dan menyesatkan.
"Jika tidak ada kesepakatan Iran maka kami kembali ke tempat kami sebelumnya, lebih fokus pada permintaan bahan bakar," kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.
Minyak gagal menembus kembali ke kisaran yang diperdagangkan antara Desember 2022 dan Maret 2023 meskipun pemotongan lebih lanjut dari Arab Saudi mengatakan segalanya tentang pandangan pedagang tentang ekonomi, kata analis pasar senior di OANDA, Craig Erlam.
"Ketahanan ekonomi sekarang sangat mengesankan, tetapi semakin lama bertahan, semakin akan dipenuhi dengan suku bunga yang lebih tinggi yang pada akhirnya dapat menghasilkan hard landing yang lebih sulit," kata Erlam.
Harga minyak bisa terangkat jika Federal Reserve AS melewatkan kenaikan suku bunga pada pertemuan berikutnya pada 13-14 Juni, kata Tamas Varga dari broker PVM.
Sebelumnya, Citi memproyeksikan harga minyak dunia sulit menyentuh level US$ 90 per barel. Asumsi tersebut mengacu seiring permintaan yang lemah, potensi terjadinya resesi di AS hingga melemahnya pertumbuhan di Cina. Citi memproyeksikan, harga minyak Brent bakal berada di level US$ 81 per barel tahun ini.