Harga Minyak Diramal Segera Sentuh US$ 100/Barel Imbas Pasokan Ketat
Harga minyak dunia terus merangkak naik dalam beberapa waktu terakhir, dengan dua harga minyak acuan Brent dan West Texas Intermediate (WTI) semakin mendekati US$ 100 per barel.
Namun beberapa jenis minyak telah menyentuh harga tersebut, dipengaruhi oleh ketatnya pasokan. Harga minyak mentah Nigeria Qua Iboe, misalnya, telah melewati US$ 100 per barel pada Senin (2/10) menurut data LSEG.
“Minyak mentah Malaysia, Tapis mencapai US$ 101,30 pekan lalu,” kata analis dari bank Swedia, SEB, Bjarne Schieldrop dalam sebuah laporan yang dikutip Reuters, Rabu (4/10).
Harga minyak terus merangkak naik ke level tertingginya pada 2023 seiring investor yang fokus pada potensi defisit pasokan minyak pada kuartal IV, terutama setelah Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pemangkasan pasokan.
Arab Saudi dan Rusia adalah dua negara produsen minyak terbesar dari kartel minyak OPEC+, sementara negara anggota lainnya juga mengurangi produksi. “Situasinya adalah Arab Saudi dan Rusia menguasai kendali penuh atas pasar minyak,” kata Schieldrop.
Adapun minyak acuan dunia, Brent futures, telah menyentuh level US$ 94,89 per barel pada Senin (2/10). Sedangkan harga acuan yang digunakan untuk perdagangan fisik minyak dunia, dated Brent, menyentuh US$ 96 per barel.
Minyak mentah Nigeria Qua Iboe dan jenis minyak mentah lainnya telah melampaui harga Brent di atas US$ 100 per barel karena mengacu pada dated Brent ditambah dengan premium yang menurut penilaian LSEG berada di kisaran US$ 4,25 per barel.
Schieldrop mengatakan dated Brent sangat mungkin mencapai di atas US$ 100 per barel karena “hanya membutuhkan ‘suara’ untuk mendorongnya naik”. Bank asal Swiss, UBS, juga memperkirakan Brent future menyentuh level harga tiga digit.
“Kami memperkirakan Brent diperdagangkan di kisaran US$ 90-100 per barel dalam beberapa bulan ke depan, dengan target harga akhir tahun US$ 95,” kata analis UBS, Giovanni Staunovo.