Harga Minyak Turun US$ 1/Barel Meski Konflik Timur Tengah Masih Panas

Pertamina
Pertamina memperpanjang kontrak konsesi blok migas Menzel Ledjmet Nord (MLN) di Aljazair hingga 35 tahun ke depan.
Penulis: Happy Fajrian
30/10/2023, 09.21 WIB

Harga minyak turun sekitar US$ 1 per barel pada perdagangan awal pekan di Asia, Senin (30/10) meski kondisi konflik di Timur Tengah masih memanas. Investor dilaporkan mengantisipasi pertemuan The Fed untuk membahas kebijakan suku bunga AS dan rilis data manufaktur Cina.

Minyak Brent turun 98 sen atau 1,1% menjadi US$ 89,50 per barel, sedangkan minyak West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$ 1 atau 1,2% menjadi US$ 84,54 per barel.

“Investor mengamati hasil pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve pada hari Rabu (1/11), data ketenagakerjaan AS dan pendapatan dari raksasa teknologi Apple Inc untuk mencari tanda-tanda perlambatan ekonomi yang dapat berdampak pada permintaan bahan bakar di konsumen minyak terbesar dunia,” kata analis CMC Markets Tina Teng, seperti dikutip Reuters.

Baik Brent dan WTI berakhir 3% lebih tinggi pada hari Jumat (27/10) setelah Israel meningkatkan serangan daratnya ke Gaza, memicu kekhawatiran bahwa konflik dapat meluas di wilayah yang menyumbang sepertiga produksi minyak global.

“Meskipun perang Hamas-Israel meningkat, invasi darat sudah diperkirakan secara luas,” kata Teng. “Pertandingan akhir pekan ini menandakan tidak ada perluasan lebih lanjut ke dalam perang regional yang lebih luas, yang menyebabkan penurunan harga minyak.”

Pekan lalu, Brent dan WTI menandai penurunan mingguan pertamanya dalam tiga minggu terakhir karena perkembangan di Timur Tengah membuat investor tetap waspada dan harga berfluktuasi.

Sementara itu Cina akan melaporkan PMI manufaktur dan jasa bulan Oktober pada minggu ini, dengan investor yang mencermati tanda-tanda lebih lanjut dari stabilisasi perekonomian dan peningkatan permintaan bahan bakar di negara importir minyak mentah terbesar dunia ini.