Harga minyak naik lebih dari 3% pada perdagangan Kamis (14/12) setelah Badan Energi Internasional (IEA) merevisi ke atas proyeksi permintaan minyak tahun 2024.

Minyak mentah Brent naik US$ 2,35 atau 3,2% menjadi US$ 76,61 per barel, sedangkan minyak West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 2,11 atau 3% menjadi US$ 71,58 per barel. Kemudian pagi ini, Jumat (15/12) kedua harga minyak acuan dunia tersebut melanjutkan kenaikannya, Brent ke level US$ 76,70 dan WTI US$ 71,68.

Selain perkiraan IEA, pengumuman Federal Reserve Amerika Serikat (AS) tentang adanya potensi pemangkasan suku bunga acuan pada 2024 juga turut berpengaruh pada nilai tukar dolar AS. Bank sentral AS The Federal Reserve atau The Fed mengindikasikan tidak ada lagi kenaikan suku bunga tahun ini.

Dolar yang lemah membuat minyak dalam mata uang dolar menjadi lebih murah bagi pembeli asing sehingga dapat meningkatkan permintaan dan pada akhirnya mengerek harga.

Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) menolak spekulasi mengenai penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Mereka menegaskan kembali bahwa biaya pinjaman akan tetap berada di levelnya saat ini yang merupakan rekor tertinggi, meskipun ekspektasi inflasi lebih rendah.

IEA memperkirakan konsumsi minyak dunia akan naik 1,1 juta barel per hari (bph) di 2024. Ini merupakan kenaikan 130.000 bph dari perkiraan sebelumnya yang terjadi akibat peningkatan prospek permintaan AS dan harga minyak yang lebih rendah.

Pada 2024, pertumbuhan permintaan organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) diperkirakan hanya setengah dari proyeksi yakni 2,25 juta bph.

Selain itu, data ekonomi mingguan dari Cina yang merupakan konsumen minyak terbesar kedua di dunia ini telah menambah tekanan pada harga minyak dalam beberapa minggu terakhir.

Sebagai informasi, data bulanan mengenai penjualan ritel, produksi industri, investasi bisnis, pengangguran, dan harga rumah di Cina untuk bulan November akan dirilis pada hari ini, Jumat (15/12).

Reporter: Mela Syaharani