Sebanyak 14 kapal tanker bermuatan 10 juta barel minyak mentah kelas Sokol Rusia terjebak di pelabuhan Yeosu, Korea Selatan, pada Jumat (26/1), selama beberapa pekan terakhir. Jutaan barel minyak tersebut belum terjual lantaran terdampak sanksi dari Amerika Serikat (AS) serta terkendala masalah pembayaran.
Volume tersebut setara dengan 1,3 juta metrik ton, mewakili 45 hari produksi proyek Sakhalin-1, yang menghasilkan 220 ribu barel per hari (bph). Menurut London Stock Exchange Group (LSEG) dan data Kpler, selain kapal Rusia, ada juga 11 kapal Aframax dan tiga kapal pengangkut minyak mentah yang sangat besar (VLCC).
Melansir dari laman crude-oilprice.com, minyak Sokol merupakan salah satu jenis minyak mentah berkualitas tinggi namun ringan. Minyak ini memiliki kandungan sulfur yang rendah dan menghasilkan minyak unggulan untuk produk seperti bensin dan diesel.
Minyak mentah ini memiliki berat jenis sekitar 39° API, yang dianggap ringan, dan kandungan sulfur kurang dari 0,5%. Kandungan sulfur yang rendah ini berarti menghasilkan lebih sedikit emisi berbahaya saat diproses, menjadikannya pilihan yang ramah lingkungan.
Dengan karakteristik tersebut, minyak mentah Sokol sangat dicari oleh perusahaan penyuling bahan bakar. Selain ramah lingkungan, minyak ini juga lebih mudah dan murah untuk diproses dibandingkan minyak mentah lainnya yang lebih berat dan lebih asam.
Dari sisi kilang, karakteristik minyak Sokol membuat kilang dapat menghasilkan lebih banyak bahan bakar dengan lebih sedikit limbah, yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan profitabilitas.
Tidak hanya memiliki kandungan sulfurnya yang rendah, minyak mentah Sokol juga mempunyai rendemen bensin dan solar yang tinggi, menjadikannya bahan baku yang berharga untuk kilang.
Rendemen minyak mentah yang tinggi dan manis ini adalah salah satu alasan mengapa minyak mentah Sokol sangat berharga bagi industri penyulingan.
Minyak ini diproduksi di Laut Utara di lepas pantai Norwegia. Pengangkutan biasanya dilakukan menggunakan kapal tanker dari fasilitas produksi di Laut Utara ke kilang di seluruh dunia. Setelah minyak mentah tiba di kilang, minyak mentah diproses menjadi berbagai produk minyak bumi seperti bensin, solar, hingga bahan bakar jet.
Menurut laman oilprice.com, pada Minggu (28/1) harga minyak Sokol berada di angka US$ 75,53 per barel. Masih lebih rendah jika dibandingkan minyak Brent US$ 83,81 per barel dan WTI US$ 78,31 per barel.
Terdampak Sanksi AS
Reuters melaporkan, mengutip data pengiriman Kpler serta LSEG, kapal supertanker (VLCC) La Balena, Nireta dan Nellis dengan sekitar 3,2 juta barel di atas kapal (430.000 metrik ton), yang saat ini berada di dekat Yeosu, Korea Selatan, bertindak sebagai penyimpanan terapung untuk minyak Rusia.
Reuters mencatat, VLCC sebelumnya menerima minyak dari beberapa kapal Aframax melalui pengiriman dari kapal ke kapal. Hal ini untuk memasok volume minyak dari kapal yang lebih kecil ke kapal yang lebih besar sehingga dapat menghemat biaya pengiriman.
Sisa minyak Sokol yang dimuat dari November hingga Januari disimpan di kapal-kapal Aframax yang lebih kecil, dengan kemampuan dapat memuat 500-800 ribu barel. Seperti kapal Krymsk, NS Commander, Sakhalin Island, Liteyny Prospect, NS Century, NS Lion, NS Antartika, Jaguar, Vostochny Prospect, Pavel Chernysh, dan Viktor Titov.
Pengiriman Sokol ke Indian Oil Corp telah tertunda karena masalah pembayaran, sehingga memaksa perusahaan penyulingan terbesar di India ini untuk mengambil dari persediaannya dan membeli lebih banyak minyak dari Timur Tengah.
Sumber IOC mengatakan bahwa Indian Oil Corp tidak berharap untuk menerima pengiriman Sokol dalam waktu dekat karena ketidaksepakatan mengenai mata uang mana yang akan digunakan untuk membayarnya.
IOC adalah satu-satunya perusahaan penyulingan negara yang memiliki kesepakatan tahunan untuk membeli berbagai jenis minyak mentah Rusia, termasuk Sokol, dari perusahaan minyak besar Rusia, Rosneft. IOC dan Rosneft tidak membalas permintaan komentar dari Reuters.
Kesulitan dalam menjual minyak Sokol adalah salah satu tantangan paling signifikan yang dihadapi Moskow sejak Barat menjatuhkan sanksi dan salah satu gangguan paling serius terhadap ekspor minyak Rusia dalam dua tahun terakhir.
Washington telah mengatakan bahwa AS ingin memberikan sanksi-sanksi untuk mengurangi pendapatan bagi Presiden Vladimir Putin dan mesin perangnya di Ukraina, namun disaat yang bersamaan tidak mengganggu aliran energi Rusia ke pasar global.
Tahun lalu, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap beberapa kapal dan perusahaan yang terlibat dalam pengangkutan minyak mentah Sokol.