Raksasa migas Arab Saudi, Saudi Aramco, dan Uni Emirat Arab, Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC), berencana mengembangkan lithium yang akan diekstrak dari air garam di ladang minyak mereka.
Ini menjadi langkah untuk mendiversifikasi bisnis dua raksasa migas timur tengah ini untuk mendapat keuntungan dari terus meningkatnya penggunaan kendaraan listrik.
Dua raksasa migas dunia lainnya, termasuk Exxon Mobil dan Occidental Petroleum juga berencana memanfaatkan teknologi baru untuk menyaring lithium dari air garam sejalan dengan upaya dunia untuk menjauh dari bahan bakar fosil.
Arab Saudi, yang perekonomiannya bergantung pada minyak, telah menghabiskan miliaran dolar untuk mencoba mengubah dirinya menjadi pusat kendaraan listrik. Ini adalah upaya Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman untuk menemukan sumber kekayaan alternatif.
Tiga orang yang mengetahui masalah ini mengatakan Saudi Aramco dan ADNOC berada pada tahap awal pekerjaan untuk mengekstrak lithium, yang dianggap sebagai mineral penting oleh banyak negara besar karena penggunaannya dalam pembuatan baterai.
Mereka menolak memberikan rincian mengenai jenis teknologi ekstraksi litium langsung (direct lithium extraction/DLE) yang akan digunakan. Teknologi DLE masih berada pada tahap awal dan keekonomiannya jauh lebih tidak pasti dibandingkan teknologi minyak.
Namun Arab Saudi dan UEA dapat memanfaatkan keahlian dalam menangani air garam dan air limbah di lokasi produksi minyak.
Keuntungan menyaring logam baterai ultralight dari air asin adalah menghindari kebutuhan akan tambang terbuka atau kolam penguapan besar yang mahal dan menantang lingkungan, seperti yang diterapkan di produsen terkemuka dunia, Australia dan Cile.
Saat ini Cina adalah negara pengolah dan konsumen litium terbesar, yang dibutuhkan untuk kendaraan listrik dan hibrida.
Oversupply dan Turunnya Harga Lithium
Untuk saat ini, pelemahan ekonomi global telah menekan pembelian kendaraan listrik baru dan menyebabkan anjloknya harga lithium sekitar 80% sejak mencapai puncaknya pada November 2022. Turunnya harga dipicu perlambatan penjualan kendaraan listrik yang memperburuk oversupply.
Namun, produsen mobil terkemuka termasuk di antara mereka yang mencari pasokan lithium baru untuk mengantisipasi permintaan di masa depan.
Para analis mengatakan industri kendaraan listrik akan bergantung pada litium selama bertahun-tahun yang akan datang, meskipun alternatif teknologi baterai yang lebih murah yang menggunakan lebih sedikit atau tanpa lithium sedang dipelajari.
Masalah dalam mengekstraksi lithium dari air garam adalah tingkat konsentrasinya bisa sangat rendah, sehingga kondisi perekonomian yang sudah tidak menentu menjadi kurang menguntungkan.
Salah satu sumber mengatakan Aramco sedang berupaya menggunakan teknologi filtrasi baru yang berupaya memecahkan masalah konsentrasi, sementara sumber lain mengatakan ADNOC juga berupaya mengatasi masalah tersebut.
Kekayaan minyak Arab Saudi berarti mereka mampu mengambil risiko finansial dan rencana diversifikasinya termasuk menjadikan dirinya sebagai pusat kendaraan listrik untuk memanfaatkan litium apa pun yang diproduksinya.
Kerajaan ini telah mendirikan merek kendaraan listriknya sendiri, Ceer, dan membangun pabrik logam kendaraan listrik. Dana kekayaan negaranya, Dana Investasi Publik (PIF), memiliki tujuan untuk memproduksi 500.000 kendaraan listrik setiap tahunnya pada tahun 2030.
Perusahaan Pertambangan Arab Saudi (Ma'aden), penambang terbesar di Teluk, sedang berupaya mengekstrak litium dari air laut.
“Ada penelitian yang bagus di kerajaan ini dengan Ma'aden dan Aramco karena pembuangan dari ladang minyak memiliki salinitas yang baik dan kandungan mineral yang baik,” kata Wakil Menteri Industri dan Sumber Daya Mineral Saudi Khalid bin Saleh Al-Mudaifer seperti dikutip Reuters.
“Mereka telah melakukan pekerjaan yang baik, mereka telah melakukan ekstraksi natrium, magnesium, dan litium dengan baik. Teknologinya masih dalam tahap awal, namun ada pekerjaan yang baik dan investasi yang baik,” tambah Al-Mudaifer.