Singapura bekerja sama dengan Shell dan ExxonMobil untuk mengembangkan fasilitas penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) dengann potensi penyimpanan 2,5 juta ton CO2 per tahun.
Chevron akan mengakuisisi pesaingnya Hess US$ 53 miliar, sedangkan ExxonMobil mengakuisisi Pioneer US$ 60 miliar, untuk meningkatkan produksi migasnya, terutama migas serpih.
ExxonMobil tengah dalam proses negosiasi untuk mengakuisisi produsen minyak terbesar ketiga di Amerika Serikat (AS) Pioneer Natural Resources senilai US$ 60 miliar atau lebih dari Rp 930 triliun.
Perusahaan migas internasional, Repsol dan ExxonMobil Indonesia, membidik peluang bisnis dari jasa penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage (CCS) di lapangan migas nasional.
Dunia diproyeksi gagal mencegah pemanasan global di bawah 2°Celsius pada 2050 karena sektor migas masih berkontribusi lebih dari separuh kebutuhan energi dunia yang meningkatkan emisi karbon.
Exxon berupaya mengeksploitasi potensi cadangan tambahan minyak 42 juta barel dari kegiatan pengeboran lima sumur infill dan dua sumur eksplorasi untuk lapisan klastik di lapangan Banyuurip, Blok Cepu
Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) dan Exxon mobil Cepu Limited (EMCL) menandatangai kontrak pengadaan rig pengeboran sumur di lapangan minyak Banyuurip Blok Cepu.
Pemerintah sedang menjalankan prototipe teknologi penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon atau CCUS lapangan migas dengan menggandeng Chevron dan Exxon. Bagaimana perkembangan proyeknya?
Chevron, Exxon, dan sejumlah perusahaan bahan bakar fosil lainnya dituntut lebih dari Rp 750 triliun atas bisnisnya yang menyebabkan perubahan iklim yang memicu cuaca ekstrem di Amerika.
Pemerintah meneken kerja sama eksplorasi migas di area terbuka dengan konsorsium yang terdiri dari ExxonMobil dan Petronas dalam kesepakatan bernilai sekitar Rp 630 miliar.