Pemerintah Ramal Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Harga BBM Domestik

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Kapal Floating Storage Offloading (FSO) Arco Ardjuna Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) melakukan proses lifting minyak ke kapal tanker di perairan utara Subang, Laut Jawa, Jawa Barat, Senin (3/4/2023).
15/4/2024, 14.47 WIB

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan tren kenaikan harga minyak dunia sebagai dampak dari konflik Israel-Iran hanya akan berlangsung secara sementara. Harga minyak dunia diprediksi akan kembali berada di kisaran US$ 70-80 per barrel.

Direktur Jenderal Migas, Tutuka Ariadji, mengatakan bahwa fluktuasi harga minyak dunia ke depan akan banyak dipengaruhi oleh respons Israel terhadap serangan yang diluncurkan oleh Iran pada 13 April lalu. Saat ini Israel belum membalas serangan rudal dan drone yang dilancarkan oleh Iran. 

Adapun serangan Iran terhadap Israel merupakan serangan balasan atas aksi penyerangan terhadap konsulat Iran di Damaskus pada Senin (1/4). Serangan itu menewaskan 13 orang, termasuk Jenderal Mohammad Reza Zahedi, komandan senior Korps Garda Revolusi Islam di Suriah dan Lebanon, dan wakilnya Jenderal Hadi Haj Rahemi.

Tutuka menyebut negara anggota OPEC akan berupaya untuk meredam laju kenaikan harga minyak imbas geopolitik di Timur Tengah. Ia menilai kenaikan harga minyak saat ini cenderung short term, dan menurut saya banyak negara lebih suka harga minyak di 70-80 dolar. 

“Mereka tidak suka terlalu tinggi dan itu selalu diupayakan oleh pihak terkait," kata Tutuka diskusi daring bertajuk 'Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI' pada Senin (15/4).

Melansir laporan berkala The Wall Street Journal, harga minyak jenis Brent dan WTI berada di level masing-masing US$ 90,02 dan US$ 85,19 per barel pada Senin (15/4). Harga tersebut lebih rendah dari posisi dua hari lalu yang menempatkan Brent di US$ 91,19 per barel, sementara WTI berada di angka US$ 87,45 per barel.

Lebih jauh, Tutuka mengatakan konflik bersenjata antara Israel dan Iran tidak akan ikut mengerek harga bahan bakar minyak (BBM) domestik sampai Juni mendatang. Stabilisasi harga itu sebelumnya merupakan janji Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mempertahankan harga BBM hingga semester I tahun ini.

Tutuka juga menyinggung kondisi harga minyak dalam 100 tahun terakhir berada di jalur yang kondusif. "Jika ada lonjakan harga secara tiba-tiba karena gangguan geopolitik, spike ini kemudian turun. Sekali lagi, ini short term, karena kecenderungan dunia tidak menginginkan harga terlalu tinggi," ujarnya.

Kendati demikian, Kementerian ESDM dan PT Pertamina telah melakukan proyeksi apabila eskalasi konflik Israel-Iran meningkat. Satu di antaranya yakni mencari alternatif negara eksportir minyak dari Timur Tengah seperti Arab Saudi.

Adapun sumber utama impor BBM Pertamina berasal dari Singapura, Malaysia dan India. Sumber utama impor LPG berasal dari Amerika Serikat dan Timur Tengah. 

"Indonesia juga impor LPG dari Arab Saudi dan Algeria. Kita lihat reaksi mereka. Jika ini aman, kita tidak perlu melakukan perubahan besar. Tapi kami sudah ada rencana cadangan," kata Tutuka.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu