Raksasa energi Italia, Eni, akan melakukan spin off di proyek-proyek minyak dan gas (migas) potensial untuk lebih mendorong proyek-proyek tersebut, sekaligus meningkatkan fokus pada pengembangan bisnis rendah karbon.
Sumber internal mengungkapkan Eni menargetkan proyek-proyek migas di Pantai Gading dan Indonesia sebagai kandidat potensial untuk spin off.
Di Indonesia Eni berencana membangun hub gas menyusul penemuan cadangan besar di Geng North-1 dan konsolidasi aset hulu lainnya yang diperoleh dari Chevron dan melalui akuisisi Neptune Energy.
Sedangkan di Pantai Gading, Eni baru saja mengumumkan penemuan besar di lepas pantai pada Maret, dan juga memproduksi minyak dan gas di ladang raksasa Baleine.
Langkah ini merupakan strategi CEO Eni, Claudio Descalzi, untuk membagi beberapa operasi Eni menjadi entitas terpisah atau satelit, sehingga bisa mengumpulkan dana segar dan menarik investor seperti perusahaan ekuitas swasta dan dana infrasgtruktur.
Pemisahan ini juga memungkinkan investor untuk memilih fokus dan alokasi uangnya pada sektor migas namun tidak pada bisnis rendah karbon, atau sebaliknya.
“Model satelit adalah pendekatan yang kami bangun untuk mendapatkan sumber pendanaan tambahan guna memenuhi kebutuhan produk tradisional dan di saat yang sama mengembangkan produk baru yang lebih hijau,” kata Chief Financial Officer (CFO) Eni, Francesco Gattei, dikutip dari Reuters, Senin (13/5).
Dalam beberapa tahun terakhir Eni telah mendirikan unit ritel dan energi terbarukan, Plenitude, yang sahamnya dijual kepada dana infrastruktur, dan divisi biofuel, Enilive, yang baru-baru ini Descalzi katakan sedang mempertimbangkan untuk menjual saham minoritasnya.
Eni berencana untuk menjual kepemilikannya di kedua entitas tersebut guna meningkatkan pembiayaan lebih lanjut untuk pertumbuhan mereka. Ini menjadi sebuah pendekatan unik di antara perusahaan-perusahaan migas yang tengah mengembangkan sektor energi terbarukan.
“Strategi tersebut bertujuan untuk menunjukkan kepada investor potensi bisnis tahap awal yang kesulitan bersaing dengan keuntungan dari operasi minyak dan gas tradisional,” kata Gattei.
Hal ini juga menghentikan operasi bahan bakar fosil. Bulan lalu, Eni setuju untuk menggabungkan operasi migas Laut Utara Inggris dengan Ithaca Energy dengan imbalan 38,5% saham di perusahaan tersebut.
Kesepakatan tersebut, yang bernilai hampir US$ 1 miliar, memungkinkan Eni memotong belanja modal sambil menerima potensi dividen dari Ithaca.
Gattei mengatakan kelompoknya sedang mempertimbangkan untuk melakukan hal serupa untuk proyek eksplorasi dan produksi lainnya yang memerlukan investasi besar seperti di Indonesia dan Pantai Gading.