StanChart Ramal Harga Minyak Tembus US$ 90/Barel pada Kuartal IV

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt.
Foto udara anjungan lepas pantai Sepinggan Field Daerah Operasi Bagian Selatan (DOBS) Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT), Kalimantan Timur, Selasa (26/3/2024).
Penulis: Happy Fajrian
4/7/2024, 19.46 WIB

Standard Chartered memproyeksikan harga minyak menembus level US$ 90 per barel pada kuartal IV tahun ini. Minyak telah mengawali kuartal III dengan baik, dengan Brent menembus level US$ 86 per barel.

Bank investasi berbasis di London, Inggris, ini menilai, pasar minyak global akan mencatatkan defisit pada kuartal ketiga yang akan berlanjut ke kuartal keempat, sehingga memberikan tekanan lebih lanjut pada persediaan.

“Reli harga Brent dapat dipertahankan hingga melewati US$ 90 per barel, sebagian besar berdasarkan fundamental karena defisit yang berlanjut,” kata analis komoditas StanChart seperti dikutip dari OilPrice.com, Kamis (4/7).

Dalam jangka pendek, StanChart memprediksi kenaikan mingguan Brent sebesar US$ 1,7 per barel hingga menyentuh US$ 88,30 per barel pada 8 Juli.

StanChart mencatat bahwa sentimen pasar minyak berubah sangat bearish pada April. Pergeseran sentimen negatif ini sebagian besar didorong oleh permintaan bahan bakar transportasi AS yang lemah menurut laporan data mingguan Badan Informasi Energi (EIA).

Adapun harga minyak turun pada perdagangan Kamis (4/7) sore di Asia, dari level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Investor melakukan aksi ambil untung seiring prospek permintaan masih menjadi fokus.

Brent turun 0,46% menjadi US$ 86,94 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) turuun 0,52% menjadi US$ 83,44 per barel. Perdagangan menipis lantaran libur perayaan hari kemerdekaan Amerika Serikat.

Pada sesi sebelumnya Brent sempat mencapai level US$ 87,34 per barel, level tertinggi sejak 30 April. Sedangkan WTI di level US$ 883,88 per barel, tertinggi dalam 11 pekan terakhir.

“Mengingat melemahnya dolar dan prospek permintaan bahan bakar AS yang lebih cerah setelah data EIA, pelemahan harga pada Kamis diperkirakan tidak akan berlangsung lama,” kata analis PVM Tamas Varga dikutip dari Reuters.

Sementara analis OANDA Kelvin Wong mengatakan bahwa penurunan harga minyak sebagian disebabkan oleh para pedagang yang mengambil untung setelah kenaikan baru-baru ini.