Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) melaporkan, produksi gas nasional mencapai 7.399 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) per 4 September 2024. Dari jumlah tersebut, Kilang gas alam cair (LNG) Tangguh di Papua menyumbang 28,38% atau 2.100 MMSCFD.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro mengatakan produksi Kilang Tangguh yang diresmikan pada November 2023 tidak langsung stabil. Namun demikian, produksi kilang terus menunjukkan hasil yang bagus dan mulai beroperasi penuh pada April.
“Kami melihat secara perlahan BP mampu melaksanakan operasional dengan optimal, dampaknya tentu saja produksi gas terus meningkat dan produksi gas secara nasional bisa mencapai rekor tertinggi”, kata Hudi dalam siaran pers, dikutip Selasa (10/9).
Berdasarkan catatan SKK Migas, Kilang Tangguh telah memproduksi LNG mencapai 1.300 m3/jam atau 106% dari kapasitas pada 31 Agustus lalu. Hudi menyebut, kilang ini menyumbang sepertiga dari produksi gas nasional.
“Menjaga agar Tangguh LNG tidak kendala adalah kunci, karena sekali saja terjadi kendala sehingga produksi harus dihentikan, maka dampaknya terhadap produksi gas nasional sangat signifikan,” ujarnya.
Hudi mengharapkan agar seluruh jajaran di Tangguh LNG dapat menjaga operasionalnya dengan baik dan produksinya dapat terus ditingkatkan. Lapangan Tangguh menjadi salah satu kontributor utama dalam usaha Pemerintah mencapai target produksi gas yang mencapai 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) di 2030.
Dia meyakini bahwa bahwa target produksi gas 12 BSCFD di tahun 2030 bisa direalisasikan mengingat temuan-temuan migas saat ini didominasi oleh penemuan gas dan upaya akselerasi yang terus dilakukan oleh SKK Migas dan KKKS agar setiap penemuan gas bisa segera diproduksikan.
Proyek Tangguh Train III
Kilang LNG Tangguh terdiri atas tiga train. Salah satunya baru beroperasi secara komersial pada 19 Oktober 2023 yakni Kilang LNG Tangguh Train III di Papua Barat. Operasi ini ditandai dengan pengiriman kargo LNG pertamanya kepada PLN.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, mulai beroperasinya kilang LNG ini secara komersial merupakan capaian kemajuan yang luar biasa dari sebuah proyek strategi nasional yang besar.
"Pengapalan pertama kargo LNG ke PLN ini juga memberikan sinyal positif terhadap daya serap gas dalam negeri yang akan digunakan untuk menjawab tantangan energi Indonesia”, kata Dwi.
Kargo LNG pertama ini melakukan perjalanan menuju fasilitas regasifikasi PLN di Arun, provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dimulainya operasi Tangguh Train III ini akan menambah produksi LNG sebanyak 3,8 juta ton. Bahkan secara tahunan, jumlah produksinya menyentuh angka 11,4 juta ton.
Satu bulan pasca pengiriman pertamanya, proyek Tangguh Train III akhirnya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo bersama sejumlah Menteri dan pihak terkait pada Jumat (24/11).
Jokowi menyampaikan, proyek Tangguh Train III dibangun dengan investasi US$ 4,83 miliar atau setara Rp 72,45 triliun rupiah. Dia berharap proyek ini dapat berkontribusi signifikan dalam mengejar target produksi gas 12.000 MMSCFD pada 2030.
"Puji dan syukur alhamdulillah hari ini kita akan meresmikan Proyek Tangguh Train III, penghasil gas bumi terbesar di Indonesia. Berkontribusi signifikan mendukung target produksi gas 12 standar kaki kubik per hari pada 2030,” ujar Jokowi dalam keterangan resminya pada Jumat (24/11).
Proyek Kilang LNG Tangguh Train III dioperasikan oleh BP Berau Ltd yang memegang saham mayoritas yakni 37,16%. Terdapat enam kontraktor mitra Tangguh lainnya yang digandeng BP yakni MI Berau BV (16,30%), CNOOC Muturi Ltd (13,90%), Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd (12,23%), KG Berau/KG Wiriagar (10,00%), Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc (7,35%) dan Talisman Wiriagar Overseas.