Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap atau PLTGU Jawa-1 mempertimbangkan rencana menambah kapasitas pembangkit. Pembangkit yang baru beroperasi penuh pada 29 Maret 2024 ini memiliki dua unit pembangkit dengan kapasitas 2x880 megawatt (MW).
General Manager PLTGU Jawa-1 Rudy Smith mengatakan keputusan rencana ini masih dalam tahap kajian. Rudy menyebut pertimbangan ini belum bisa diputuskan sebab bergantung pada keputusan PLN dan pemerintah.
“Kami sudah melakukan diskusi intensif dengan PLN dan Kementerian ESDM untuk mengkaji kemungkinan intensif,” kata Rudy saat ditemui di Karawang, Jawa Barat pada Minggu (22/9).
PLTGU Jawa-1 merupakan pembangkit listrik gas dan uap terbesar di Asia Tenggara. Proyek konsorsium Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), Marubeni, dan Sojitz ini menghubungkan pembangkit listrik bertenaga gas uap.
Melalui fasilitas penyimpanan sekaligus regasifikasi LNG yang berada di atas sebuah kapal terapung atau disebut juga Floating Storage Regasification Unit (FSRU). Seluruh produksi listrik dari PLTGU Jawa-1 ini digunakan untuk memasok kebutuhan listrik PLN selama kontrak 25 tahun.
Setelahnya, segala fasilitas termasuk kapal FSRU akan diambil alih menjadi milik PLN. Meski sudah mempertimbangkan, namun Rudy mengatakan belum bisa menghitung perkiraan kapasitas produksi listrik yang bisa ditambahkan.
“Karena kami ingin melihat apakah peralatan yang kami miliki sekarang itu masih mempunyai excess capacity, sehingga kami bisa menambah kapasita. Jadi itu masih dalam kajian kami saat ini,” ujarnya.
Pembangkit ini menggunakan teknologi closed loop cooling tower system yang meningkatkan kehandalan dalam mengurangi volume penggunaan air laut dalam hal mendukung operasional pembangkit. Dengan berbahan bakar LNG, PLTGU Jawa-1 memproduksi listrik bersih dengan kapasitas 1.760 Megawatt.
Sedangkan FSRU memiliki kapasitas regasifikasi 300 juta standar kaki kubik per hari atau mmscfd yang pasokan gasnya berasal dari ujung timur Indonesia, Tangguh, Papua. Bahan bakar LNG juga menjadikan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan PLTGU Jawa-1 lebih renda.
Hal ini sejalan dengan upaya penurunan emisi karbon dari sektor ketenagalistrikan. PLTGU Jawa-1 diproyeksikan akan menekan emisi karbon sebesar 3,3 juta ton setara CO2 per tahun. Teknologi single-shaft combined cycle gas turbine (CCGT) generasi terbaru membantu PLTGU Jawa-1 beroperasi lebih efisien dan menghemat biaya produksi listrik.
Dari sisi operasional, pembangkit ini juga memiliki teknologi black start capability yang memungkinkan untuk melakukan self start up, sehingga masa tunggu untuk proses sinkronisasi pada saat pemulihan apabila terjadi pemadaman listrik akan lebih cepat. Rudy juga menyampaikan bahwa PLTGU Jawa-1 memiliki peran strategis karena lokasi terletak di pusat beban jaringan listrik Jawa-Bali.
Hal ini mampu mengurangi potensi rugi hilang listrik pada saluran transmisi dalam proses pengiriman listrik untuk wilayah industri dan masyarakat karena dapat dengan cepat memberikan pasokan listrik secara efisien ke grid jaringan yang berlokasi di Cibatu Baru, Bekasi.