ESDM Belum Putuskan Periode Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik Terbaru

ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Petugas melakukan perawatan panel surya di atap Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (31/7/2019). Berdasarkan rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) dengan potensi tiga gigawatt untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menargetkan pengembangan lebih dari 1.000 megawatt yang terdiri dari inisiasi swasta dan PLN sendiri.
Penulis: Mela Syaharani
Editor: Agustiyanti
4/10/2024, 17.32 WIB

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tengah merevisi Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik atau RPTL. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman P Hutajulu menyebut, Kementerian ESDM belum menetapkan periode RUPTL terbaru nantinya karena pemerintah berkeinginan memperpanjang periode berlakunya dokumen tersebut.

 “Belum diputuskan apakah nanti akan 15 tahun atau 10 tahun. Tapi yang jelas kami ingin mengejar pertumbuhan ekonomi 8%,” kata Jisman saat ditemui di Hotel Bidakara Jakarta pada Jumat (4/10).

Dia menyebut, perpanjangan periode RUPTL bisa menghasilkan perencanaan listrik yang lebih panjang dibandingkan sebelumnya. Terlebih, menurutnya dengan target pertumbuhan ekonomi 8% pemerintah tentu akan mendorong penggunaan listrik yang semakin besar. “Ada banyak poin yang direvisi,” ujarnya.

Direktur Utama PT PLN  Darmawan Prasodjo sebelumnya mengatakan, pihaknya sedang merancang RUPTL baru. Dalam RUPTL baru tersebut, PLN merencanakan sebanyak 75% kapasitas listrik yang dihasilkan perusahaan akan berbasis energi baru terbarukan (EBT), sedangkan 25% sisanya bersumber dari gas. 

Darmawan mengatakan, pihaknya berkomitmen mencari titik keseimbangan antara pertumbuhan dan keberlanjutan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Empat tahun lalu, PLN telah merancang RUPTL terhijau sepanjang sejarah dengan menetapkan target energi baru terbarukan yang ambisius. 

Menurutnya hal itu sejalan dengan upaya pemerintah yang sudah mencanangkan target net zero carbon pada 2060. “Nah saat ini tentu saja kita sedang dalam proses merancang RUPTL yang baru bersama dengan pemerintah RUPTL 2024-2033,” kata Darmawan di sela kegiatan Road to PLN Investment Days 2024 di Jakarta, Selasa (4/6). 

Pada RUPTL yang lama, PLN menghapus rencana pembangunan proyek PLTU batu bara berkapasitas 13 GW. Menurutnya, ini sebagai upaya perusahaan dalam transisi energi menuju ke penggunaan energi bersih.

"Ada 1,1 GW PLTU batu bara yang diganti dengan pembangkit energi baru terbarukan. Selain itu, ada 800 MW PLTU batu bara yang digantikan dengan gas," ujar  Darmawan beberapa waktu lalu.

Selain itu, PLN mengungkapkan penambahan kapasitas pembangkit selama sepuluh tahun dari tahun 2021 hingga 2030 sebanyak 51,6% di antaranya adalah pembangkit berbasis energi baru terbarukan.

Reporter: Mela Syaharani