PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN menargetkan pemasangan 1.000 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum di tiang listrik. Langkah tersebut merupakan antisipasi prediksi lonjakan penggunaan kendaraan listrik sepanjang musim Mudik Lebaran 2025.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyatakan penambahan SPKLU di sekitar rest area tidak layak secara investasi lantaran volume lalu lintas yang rendah selain Mudik Lebaran. Atas pertimbangan itu, Darmawan memutuskan untuk memasang SPKLU di tiang listrik sekitar rest area untuk menekan biaya pemasangan.
"Kami punya 40 juta tiang listrik, pengguna kendaraan listrik tinggal mencari lokasi yang aman untuk parkir dan mengisi daya," kata Darmawan dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII DPR, Senin (2/12).
Sebelumnya PLN menawarkan paket investasi pendirian SPKLU pada masyarakat mulai dari Rp 342 juta per unit. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut berapa biaya pemasangan SPKLU di tiang listrik.
Darmawan menilai pemasangan SPKLU tiang listrik menjadi penting lantaran EV umumnya tidak dapat digunakan melintasi kota. Sementara itu, kapasitas tempuh EV hanya sejauh 350 kilometer pada sekali pengisian daya.
Ia mencontohkan dirinya harus melakukan pengisian daya sebanyak tiga kali saat menuju kampung halamannya di Bantul, DI Yogyakarta. Menurutnya, sisa daya dalam kendaraan listriknya hanya tersisa 20% saat tiba di kawasan Bantul.
Lebih jauh ia memperkirakan transaksi pengisian daya di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum atau SPKLU akan melonjak 412,69% secara tahunan menjadi 64.600 kali pada momen mudik Lebaran 2025. Peningkatan ini terjadi karena penjualan kendaraan listrik buatan Cina mengalami kenaikan dalam beberapa bulan terakhir.
Penjualan listrik juga akan tumbuh 429,64% menjadi 1.340 megawatt pada momen tersebut. "Kalau kami tidak tambah SPKLU di rest area dan sekitarnya, akan terjadi antrian luar biasa," katanya.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia alias Gaikindo, penjualan electric vehicle (EV) merek BYD melampaui capaian Hyundai. Padahal pabrikan otomotif asal Cina tersebut baru memulai perdagangannya di Indonesia pada pertengahan tahun ini.
Angka penjualan BYD pada Juli-Oktober 2024 mencapai 6.980 unit EV, sedangkan Hyundai pada periode Januari-Oktober 2024 hanya 978 unit. Tahun lalu, merek asal Korea Selatan ini masih menempati papan atas penjualan kendaraan listrik. Model Ioniq 5 Signature Extended Hyundai menjadi yang paling diminati ketika itu.