Pemilik PT Moena Farm dan PT Moena Fresh Donny Moena mengatakan impor buah dari Tiongkok terhambat karena mewabahnya virus corona. Dia pun memperhitungkan impor buah dari Negeri Panda tersebut ditunda selama dua bulan setelah Maret 2020.
“Maret udah tidak masuk impor buah dari Tiongkok. Sekarang sisa stok akhir karena dari sana (buah) sudah tidak boleh berangkat,” kata Donny dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (18/2).
Ia pun memperkirakan stok buah impor dari Negeri Tirai Bambu tersebut bakal terbatas saat lebaran. Terutama pasokan buah jeruk mandarin, apel, hingga kelengkeng.
Pasokan tersebut, lanjut dia, bisa disubtitusi dari negara lainnya seperti Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru. Namun, buah asal Tiongkok dinilai memiliki harga yang lebih terjangkau. Ia pun mengatakan perbedaan harga buah dari Tiongkok dengan negara lainnya mencapai 30%.
(Baca: Sri Mulyani Masih Kaji Insentif Pariwisata untuk Atasi Dampak Corona)
Donny pun mendorong konsumsi buah digantikan dengan produk lokal. Biarpun keuntungan pedagang bakal lebih kecil dibandingkan menjual produk impor.
Selain itu, buah impor memiliki daya tahan lebih lama serta kualitas yang lebih baik. Sedangkan, buah lokal lebih cepat busuk sehingga pedagang kerap menyediakan pasokan buah lokal dalam jumlah sedikit.
Namun dia berharap pemerintah bisa mendorong produksi buah lokal. Hal itu bisa dilakukan dengan mendorong produksi buah tanpa terbatas berdasarkan musimnya.
Sebagai contoh, Thailand dapat memproduksi buah mangga selama setahun. Hal ini lantaran Negeri Gajah Putih tersebut menggunakan budidaya hidroponik.
Sedangkan produksi mangga di Indonesia hanya terbatas pada musim panen mangga yang berlangsung selama tiga bulan. "Jadi bagaimana pemerintah bisa membuat buah lokal stabil di luar musimnya," katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), penurunan impor terbesar dari Tiongkok pada Januari 2020 terlihat pada komoditas buah-buahan. Adapun komoditas buah-buahan turun 78,88% dari US$ 160,4 juta menjadi US$ 33,9 juta.
"Penurunan terutama pada apel dan anggur karena tidak ada lagi kebutuhan Imlek," kata Kepala BPS Suhariyanto.
(Baca: Pariwisata Lesu, Bisnis Retail Berpotensi Kehilangan Omzet Rp 652 M)