Menghitung Bobot Aliansi Ekonomi RCEP Tanpa India

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, sebelum pertemuan bilateral di sela KTT ke-35 ASEAN di Bangkok, Thailand, Minggu (3/11/2019).
Penulis: Pingit Aria
20/12/2019, 05.30 WIB

Oleh karena itu, Rizal menilai justru India yang rugi bila tidak ikut serta dalam perjanjian regional terbesar di dunia tersebut. Investor di Negeri Bollywood tersebut hanya bisa memanfaatkan perjanjian bilateral dengan negara mitra dagangnya.

Sedangkan Indonesia masih memiliki akses ke India melalui pakta Asean-India Free Trade Area (AIFTA).

Direktur Perundingan ASEAN Kementerian Perdagangan Donna Gultom mengatakan, India memang memiliki populasi besar yaitu sekitar 1,3 miliar jiwa. Namun, India merupakan pasar yang kecil lantaran tidak membuka diri terhadap akses pasar global. "Jadi dampaknya tidak besar tanpa keikutsertaan India," ujar dia.

(Baca: Lewat RCEP, RI Berharap Investasi Asing di Sektor Otomotif Naik)

Dia pun mengatakan tidak khawatir dengan permasalahan tersebut. Sebab, India diyakini akan tetap memudahkan akses pasar terhadap suatu negara bila diperlukan.

Ia mencontohkan, India yang menurunkan bea masuk kelapa sawit Indonesia sebesar 5% sehingga menjadi setara dengan tarif Malaysia. Hal ini lantaran India membutuhkan sawit Indonesia. "India selalu butuh Indonesia," ujar dia.

Donna pun memperkirakan, Indonesia bisa memacu pertumbuhan dan investasi ekonomi melalui RCEP. Pada 2045, PDB Indonesia diperkirakan bisa mencapai US$ 7.000 triliun, jauh melampaui PDB saat ini sekitar US$ 1.000 triliun.

Dengan demikian, RCEP melibatkan 10 negara anggota ASEAN dan lima negara mitra yakni Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Australia.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika