Perubahan kebijakan penyaluran beras untuk masyarakat miskin atau raskin dinilai menjadi salah satu penyebab kelebihan stok beras pada Perum Bulog. Alhasil, sebanyak 20 ribu ton beras mengalami penurunan mutu dan harus dibuang atau disposal dari gudang melalui lelang.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Bayu Krinamurthi menjelaskan, Bulog memiliki peran untuk menyerap gabah petani guna menjaga agar harga tak terlalu rendah. Gabah yang kemudian diolah menjadi beras tersebut kemudian dapat disalurkan melalui program beras prasejahtera atau rastra dan operasi pasar jika dibutuhkan.
"Tapi sekarang rastra diubah menjadi bantuan nonpangan tunai atau BNPT yang berasnya bisa dibeli masyarakat di mana saja. Akibatnya, beras Bulog menumpuk," ujar Bayu di Jakarta, Selasa (10/12).
Mantan Wakil Menteri Perdagangan ini menilai operasi pasar yang dilakukan Bulog memiliki siklus yang terbatas. Jumlah beras yang digelontorkan dari gudang tak sebesar penyaluran rastra sebelumnya.
"Tugas Bulog membeli di atas harga pasar untuk membantu petani, ini tentu merugi secara akutansi. Lalu sekarang ditambah tak ada penyalurannya, siapa yang tanggung kerugiannya?" kata dia.
(Baca: Masalah Bulog di Masa Buwas, dari Hilangnya Rastra hingga Mafia Beras)
Ia mengusulkan pemerintah mengkaji ulang seluruh kebijakan beras agar kelebihan stok Bulog yang berakhir pada penurunan mutu beras tak terulang. "Selain itu kualitas data juga harus diperbaiki," tegas dia.
Pemerintah mulai mengalihkan subsidi pangan berupa rastra menjadi BPNT pada 2017. Hal ini menyebabkan Bulog kehilangan 70% saluran distribusi berasnya.
"Dari 2,3 juta ton penyaluran beras untuk bansos, sekarang menjadi 300 ribu ton. Itu kan besar, sementara beras merupakan barang cepat rusak," kata Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Tri Wahyudi belum lama ini.
Berdasarkan data Bulog, penyaluran rastra pada 2017 hanya mencapai 1,29 juta ton, lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 2,79 juta ton. Penyaluran beras Bulog terbesar dalam 10 terakhir terjadi pada 2013 mencapai 3,4 juta ton.
(Baca: Buang 20 Ribu Ton Beras, Buwas Sebut Sri Mulyani Bakal Ganti Rugi)
Sebelumnya, Direktur Utama Bulog Budi Waseso alias Buwas menyebut bakal mengeluarkan 20 ribu ton beras cadangan pemerintah dari gudang Bulog yang mengalami penurunan mutu melalui lelang. Dalam kondisi normal, nilai beras tersebut mencapai Rp 167 miliar.
Harga beras Bulog di pasaran saat ini dibanderol Rp 8.000 per kilogram. Adapun saat dilelang nanti, harga beras diperkirakan bisa turun hingga Rp 5.000 per kilogram.
Sementara untuk beras yang bakal dilelang sebagai bahan ethanol, harganya akan turun menjadi lebih rendah lagi. "Kalau tidak salah hanya dapat penawaran Rp 1.800 per kilogram," kata Buwas.
Namun, selisih kerugian yang dialami Bulog akibat melepas beras tersebut melalui lelang dipastikan Buwas akan diganti oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. "Sekarang lakunya berapa dilelang? umpama Rp 60 miliar, berarti tinggal ganti Rp 100 miliar," kata Buwas belum lama ini.