Menteri Perdagangan Minta Inggris Setop Kampanye Negatif Kelapa Sawit

Arief Kamaludin | Katadata
Ilustrasi, kelapa sawit. Indonesia meminta Inggris tak menghambat perdagangan sawit. Pasalnya, Inggris sering mengkampanyekan anti kelapa sawit di supermarket.
4/11/2019, 13.55 WIB

Indonesia mendorong Inggris untuk segera menggelar pertemuan kajian perdagangan (trade review) yang pertama. Selain itu, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto juga meminta Inggris untuk tidak menghambat perdagangan kelapa sawit Indonesia.

Pasalnya, Inggris membuat kampanye negatif anti kelapa sawit di supermarket. Padahal, perdagangan sawit Indonesia sudah terhambat dengan adanya aturan Renewable Energy Directive (RED) II di Uni Eropa.

Hal itu disampaikan Agus saat menerima Komisioner Perdagangan Inggris untuk Asia Pasifik, Natalie Black, di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-35 di Thailand. Pertemuan tersebut dilaksanakan pada Sabtu (2/11).

"Kami berharap agar Inggris tidak melakukan hambatan akses pasar terhadap kelapa sawit maupun produk ekspor lainnya," kata Agus seperti dikutip dari siaran pers, Senin (11/4).

Agus juga berharap Inggris mengedepankan pentingnya kerja sama perdagangan sawit yang berkelanjutan. Kelapa sawit, menurutnya, penting bagi Indonesia, Inggris, dan negara-negara Eropa.

(Baca: Komitmen Wamenlu Mahendra Lawan Kampanye Hitam Sawit)

Pertemuan dengan Komisioner Inggris ini merupakan kelanjutan dari penandatanganan Terms of Reference (ToR) Trade Review pada saat Trade Expo Indonesia di Tangerang (16/10). Agus pun mengapresiasi delegasi Inggris, khususnya pelaku bisnis/importir, yang telah hadir pada TEI 2019.

Selain itu, kedua pihak mendorong agar pertemuan Trade Review pertama dapat dilaksanakan di London pada 9 Desember 2019. Pertemuan tersebut untuk membahas kajian perdagangan dan investasi kedua negara.

Indonesia merupakan negara ASEAN pertama yang menandatangani trade review dengan Inggris. Hal ini memiliki arti penting bagi Indonesia sebagai negara mitra ekonomi Inggris.

Di sisi lain, Inggris menyatakan fokus pada penguatan kerja sama dengan Indonesia di bidang perdagangan jasa finansial. Natalie menilai, jasa finansial telah berkembang dengan baik di negara-negara ASEAN.

Meski begitu, Agus berharap Indonesia-Inggris juga dapat meningkatkan kerja sama di sektor barang dan jasa. Selain itu, Agus menilai perlu solusi dalam menyelesaikan berbagai hambatan perdagangan.

Menanggapi hal tersebut, Inggris menyampaikan akan terus menjalin dialog terbuka dengan Indonesia guna membahas perkembangan isu sawit. Negara tersebut juga setuju untuk fasilitasi peningkatan kapasitas di bidang penelitian, edukasi, dan teknologi atas isu sustainability, khususnya bagi petani dan pelaku UKM sawit Indonesia.

(Baca: Prinsip Berkelanjutan, Kunci Perbaikan Industri Sawit )

Berdasarkan Databoks, total ekspor CPO dan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil/PKO) pada semester I 2019 tercatat mencapai 13 juta ton. Rinciannya, ekspor CPO sebesar 12,1 juta ton dan PKO sebesar 926,99 ribu ton.

Volume ekspor terbesar dikirim keTiongkok sebesar 2,1 juta ton. Selanjutnya ke negara-negara Uni Eropa dengan volume ekspor CPO sebesar 2 juta ton. Di susul India yang menjadi negara tujuan ekspor CPO terbesar ketiga dengan total volume ekspor sebesar 1,8 juta ton. Selengkapnya negara tujuan ekspor kelapa swait indonesia dalam grafik di bawah ini :

Reporter: Rizky Alika