Direktur Utama Perum Bulog (Persero) Budi Waseso mengatakan ada 300 e-warong siluman yang bisa mencairkan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT). E-warong siluman tersebut termasuk tukang tambal ban.
"Penyalur kerja sama dengan e-warong siluman. Tambal ban saja bisa salurkan BPNT. Gimana ceritanya?" kata dia di kantornya, Jakarta, Senin (23/9).
Budi menyatakan e-warong siluman tersebut tidak berizin dan tidak jelas kredibilitasnya. Adapun e-warong sejatinya hanya bisa mencairkan BPNT untuk pembelian bahan pangan pokok, sesuai ketentuan.
(Baca: Buwas akan Pecat Karyawan yang Terlibat Pemalsuan Beras BPNT)
Sejauh ini, Bulog mencatat terdapat 3 ribu e-warong di seluruh Indonesia, yang terdiri dari warung, toko kelontong, warung desa, Rumah Pangan Kita (RPK) yang menjual bahan pangan, atau usaha eceran lainnya.
E-warong ditentukan oleh Kementerian Sosial sebagai tempat pencairan, penukaran dan pembelian bahan pangan oleh Keluarga Penerima Manfaat (KPM) BPNT. E-warong bekerja sama dengan bank penyalur BPNT, serta pemasok.
Menurut perhitungan Budi, kerja sama e-warong dengan pemasok telah menguntungkan pemasok hingga Rp 9 miliar per bulan.
(Baca: Buwas Sebut Penyalur Untung Rp 9 Miliar dari Beras BPNT Palsu)
Ke depan, Budi berharap ada pembenahan sistem dari tata niaga BPNT tersebut. Hal ini dilakukan dengan membagi tugas pada masing-masing kementerian/lembaga, misalnya Kementerian Keuangan menangani bagian keuangannya, sedangkan Bulog bertugas menyalurkan beras BPNT.
"Jangan diberikan uangnya ke Bulog, nanti uangnya jadi hantu," ujar dia.
Selain itu, ia berharap KPM juga dapat mendapat kiriman langsung stok bantuan pangan ke rumah, sehingga tidak ada penyimpangan penyaluran. Seiring ide tersebut, ia mengharapkan perbaikan kemasan beras bantuan sehingga tidak ada kutu dalam beras.