Indonesia Perkuat Kedekatan Ekonomi ke Afrika

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (28/6/2019). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada Mei 2019 mencapai 14,74 miliar dolar Amerika atau naik 12,42 persen dibanding April 2019 yang didorong oleh meningkatnya ekspor migas dan nonmigas.
Penulis: Ekarina
20/8/2019, 14.44 WIB

Indonesia akan meningkatkan kedekatan ekonomi dengan negara-negara Afrika. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, pendekatan tersebut sejalan dengan rencana pemerintah yang menjadikan Afrika sebagai salah satu prioritas dalam kegiatan politik dan ekonomi luar negeri.

“Kami tidak ingin terjebak pada romantisme sejarah 1955, kami menginginkan ikatan yang kuat antara Indonesia dan Afrika,” kata Menlu Retno pada diskusi panel dalam rangkaian acara Dialog Infrastruktur Indonesia-Afrika (IAID) di Nusa Dua, Bali, Selasa (20/8). 

Indonesia berupaya meningkatkan kerja sama dengan Afrika, salah satunya melalui penyelenggaraan Forum Indonesia-Afrika (IAF) 2018. Forum tersebut, menurutnya telah menghasilkan kesepakatan bisnis senilai US$ 586 juta atau sekitar Rp8,3 triliun.

(Baca: Uni Eropa Diskriminatif, Pemerintah Cari Pasar Ekspor Sawit ke Afrika)

Selain itu, pendekatan Indonesia ke Afrika juga meningkat signifikan. Pada 2017, Indonesia membawa 17 misi politik dan ekonomi ke Afrika. Sementara pada 2018 angkanya meningkat menjadi 35 misi.

Retno menuturkan, Intensitas kunjungan delegasi Indonesia ke Afrika dalam dua tahun terakhir menunjukkan keseriusan pemerintah menggali berbagai potensi kerja sama.

Dengan populasi 1,2 miliar jiwa, Afrika dinilai sebagai pasar yang potensial bagi Indonesia. “Karena itu, kami ingin menjadi bagian dari pembangunan Afrika, begitu pula sebaliknya,” ujar Retno.

(Baca: Mendag Incar Negosiasi Perdagangan dengan Negara-negara Afrika)

Indonesia dan sejumlah negara Afrika juga telah melakukan penjajakan kerja sama, seperti melalui pembahasan perjanjian perdagangan preferensial (PTA) dengan Mozambik dan Tunisia.

Jika perjanjian tersebut berhasil disepakati, dia berharap arus keluar-masuk barang dan jasa Indonesia ke kawasan tersebut semakin lancar . Selain itu, akses pasar bagi produk Indonesia juga semakin terbuka untuk masuk ke negara-negara di kawasan Afrika lainnya.

Adapun sebelumnya, beberapa BUMN diketahui telah ekspansi ke  kawasan tersebut, di antaranya PT Wijaya Karya (WIKA) melalui kerja sama infrastruktur dan proyek renovasi Istana Presiden Nigeria senilai US$ 26,7 juta atau sekitar Rp380 miliar.

Reporter: Antara