Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan II-2019 turun sebesar 1,91% dibandingkan kuartal sebelumnya. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan II-2018, terjadi kenaikan sebesar 3,62%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, industri yang mengalami penurunan terbesar, yaitu 17,44%, terjadi pada industri barang logam, bukan mesin, dan peralatannya. "Kenaikan produksi tertinggi pada industri jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan yaitu 9,55%," ucap dia saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (1/8).
Industri barang galian bukan logam juga melemah. Penurunannya mencapai 13,46%. Industri furnitur pertumbuhannya turun 12,40%, industri mesin dan perlengkapan 12,05%, serta industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional 10,39%.
Sementara untuk jenis industri manufaktur yang mengalami kenaikan tertinggi lainnya, yaitu industri kertas dan barang dari kertas 2,45%, industri makanan 2,04%, industri pakaian jadi 1,85%, dan industri pencetakan dan reproduksi media rekaman 1,63%.
Dilihat dari provinsinya, penurunan tertinggi terjadi di Jambi dan wilayah Indonesia bagian timur. Tercatat, pertumbuhan industri di Jambi turun 14,24%, Maluku Utara 12,89%, Sulawesi Tengah 12,36%, Maluku 10,85% dan Bali 9,57%. Sementara provinsi yang mengalami kenaikan tertinggi yakni Nusa tenggara Barat (NTB) 44,58%, Aceh 25,16%, Lampung 21,12%, Kepulauan Bangka Belitung 19,61% dan Sulawesi Tenggara 16,33%.
(Baca: Di Atas Prediksi, Inflasi Juli 2019 Capai 0,31% Karena Harga Cabai)
Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil
Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) pada triwulan II-2019 naik sebesar 0,24% dibandingkan kuartal sebelumnya. Secara tahunan, produksi industri manufaktur mikro dan kecil juga naik 5,52%.
Tercatat, industri yang mengalami kenaikan pertumbuhan produksi tertinggi dibanding triwulan sebelumnya adalah industri kertas dan barang dari kertas yang naik 6,68%. Sementara industri yang mengalami penurunan terbesar adalah industri logam dasar, turun 22,37%.
Secara rinci, jenis-jenis industri manufaktur mikro dan kecil yang mengalami kenaikan tertinggi pada
triwulan II-2019 terhadap triwulan I-2019 adalah industri kertas dan barang dari kertas yang naik 6,68%. Kemudian, industri makanan naik 4,37%, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia naik 4,37%, industri furnitur naik 2,46%, industri tekstil naik 2,33%.
(Baca: Kemenperin Proyeksi Industri Manufaktur Tumbuh Hampir 5% di Kuartal II)
Sementara itu, jenis industri manufaktur mikro dan kecil yang mengalami penurunan, yakni industri logam dasar yang turun 22,37%. Selanjutnya, industri peralatan listrik turun 18,11%, industri pengolahan tembakau turun 9,11%, industri alat angkutan lainnya turun 7,63%, industri farmasi, obat kimia dan obat tradisional turun 7,07%.
Provinsi-provinsi yang mengalami kenaikan pertumbuhan produksi tertinggi pada industri manufaktur mikro dan kecil, yakni Nusa Tenggara Timur sebesar 14,70%, Maluku 10,47%, Sulawesi Barat 8,57%, Papua 8,40%, dan Jawa Timur 6,55%. Sementara, Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara merupakan provinsi yang mengalami penurunan tertinggi, masing-masing sebesar 8,67% dan 6,69%.