Kementerian Perdagangan (Kemendag) menilai daya saing Indonesia masih lemah dibandingkan Vietnam. Akibatnya, Indonesia masih tertinggal dibanding Vietnam dalam menangkap peluang perang dagang AS-Tiongkok.
"Vietnam bisa menggantikan produk Tiongkok di pasar AS (Amerika Serikat). Indonesia juga bisa, bila siap. Tapi kita masih lemah," kata Pusat Kajian Perdagangan Luar Negeri, Nurlaila Nur Muhammad di Grand Mercure, Jakarta, Kamis (25/7).
Dia menyatakan Kemendag memiliki tugas berat untuk menjaga neraca perdagangan tetap sehat. Hal ini untuk mencegah pelebaran defisit transaksi berjalan.
(Baca: Indeks KICI: Investor Institusi Paling Khawatir Efek Perang Dagang)
Oleh karena itu, pihaknya akan mencoba fokus mendorong ekspor. Upaya ini dilakukan dengan melakukan pemetaan potensi, menerbitkan kebijakan dari sisi ekspor dan impor, serta berdiskusi dengan kementerian dan lembaga terkait.
Nurlaila juga mengatakan, Indonesia juga harus bisa memanfaatkan fasilitas pengurangan bea masuk atau Generalized System of Preferences (GSP). "Selama belum dicabut, pengusaha bisa manfaatkan GSP," ujarnya.