Harapan Tinggi dari Kerja Besar Mendandani 10 Bali Baru

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Panorama di sekitar patung Sang Hyang Ganesha di Pulau Menjangan, Buleleng, Bali, 8 Januari 2017.
Penulis: Hari Widowati
Editor: Yura Syahrul
20/7/2019, 08.56 WIB

Arus Investasi dengan Skema KEK

Hingga akhir tahun lalu, Bali masih menjadi magnet investasi pariwisata di Indonesia. Dari grafik Databoks di bawah ini terlihat posisinya di urutan pertama dengan nilai realisasi tahun lalu mencapai US$ 655,7 juta atau Rp 9,18 triliun. Di posisi berikutnya adalah Jakarta, lalu Kepulauan Riau. Realisasi investasi di empat destinasi prioritas belum masuk dalam lima besar.

Hiramsyah menyatakan, untuk memperbesar arus investasi ke destinasi pariwisata prioritas ini akan dilakukan dengan skema kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata. Sembilan dari sepuluh destinasi unggulan ini akan menjadi KEK yang diharapkan menduplikasi kesuksesan kawasan Nusa Dua di Bali.

"Isu besarnya kecepatan dan kemudahan berusaha, dengan KEK pariwisata perizinan jadi lebih mudah, cepat, dan murah," katanya.

Model KEK ini juga akan mengatasi masalah lahan yang sering menjadi kendala dalam pengembangan usaha. Saat ini sudah ada empat KEK pariwisata, yakni Tanjung Lesung, Mandalika, Morotai, dan Tanjung Kelayang.

Investor pun mulai berdatangan. Di KEK Mandalika sudah ada Vincci Construction dari Prancis yang akan membangun sirkuit MotoGP dengan nilai investasi Rp 14 triliun. Ada juga investor Qatar yang berminat membangun resor senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun.

Di Danau Toba, tahun lalu sudah ditandatangani perjanjian kerja sama antara Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) dengan tujuh investor senilai Rp 6,7 triliun. Tanjung Kelayang juga menarik minat PT Setra Gita Nusantara dan Starwood Asia Pacific Hotels and Resorts yang akan membangun Sheraton Hotel senilai Rp 418 miliar.

(Baca: Jokowi Ajak Konglomerasi Properti Bangun Hotel di Mandalika)

Mendongkrak PAD

Pengembangan 10 Bali Baru ini mulai dirasakan dampaknya terhadap perekonomian daerah, salah satunya tercermin dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pertumbuhan PAD di Kabupaten Belitung pada periode 2014-2018 mencapai 285%. Pemerintah Provinsi Bangka Belitung juga mencatat pertumbuhan PAD signifikan pada periode 2014-2018 sebesar 183%.

Di Kabupaten Manggarai Barat, PAD 2018 tumbuh 93% menjadi Rp 135 miliar. Sementara itu, Kabupaten Samosir melaporkan kenaikan PAD sebesar 81% pada 2017 dibandingkan 2016.

Bupati Samosir Rapidin Simbolon menyebut kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD hampir mencapai 55%. Ada 15 destinasi wisata di Kabupaten Samosir, lima di antaranya adalah destinasi utama, yakni Air Terjun Efrata, Air Terjun Naisogop, Aek Sipitudai, Aek Renggat Pangururan, dan Batu Sawan. "Kami akan terus dorong agar arusnya lebih positif lagi," ujar Rapidin seperti dikutip Liputan6.com.

Air terjun Sipiso-piso di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara. (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Kesadaran terhadap potensi sektor pariwisata sebagai motor ekonomi daerah ini juga ditunjukkan dengan peningkatan usulan Dana Alokasi Khusus (DAK) pariwisata. Usulan DAK pariwisata pada 2016 mencapai Rp 328 miliar dari 2 provinsi dan 57 kabupaten/kota. Angka ini melonjak menjadi Rp 36,63 triliun dari 27 provinsi dan 460 kabupaten/kota pada 2019.

(Baca: BI Nilai Pariwisata Jadi Kunci Penyehatan Neraca Transaksi Berjalan)

Berdasarkan usulan tersebut, alokasi DAK pariwisata 2016 mencapai Rp 92 miliar dari 2 provinsi dan 56 kabupaten/kota. Adapun alokasi DAK pariwisata 2019 menjadi Rp 1 triliun, yang terdiri atas Rp 700 miliar DAK reguler dan Rp 303,44 miliar DAK penugasan. Artinya, alokasi DAK pariwisata melejit lebih dari 10 kali lipat.

Halaman:
Reporter: Michael Reily, Ameidyo Daud Nasution