Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) berinisiatif melakukan kampanye positif untuk meyakinkan investor global terhadap prospek ekonomi Indonesia. Kampanye ini bertujuan untuk menangkal isu negatif terkait kelestarian dan lingkungan hidup yang melemahkan daya saing komoditas Indonesia di pasar global, khususnya Eropa.
Ketua ISEI Jakarta Halim Alamsyah mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan ISEI adalah menggandeng Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Swiss. "Kami menjajaki kerja sama penelitian dengan perguruan tinggi setempat, memamerkan produk kerajinan, dan memaparkan gambaran prospek ekonomi Indonesia di hadapan pelaku dunia usaha dan pengambil kebijakan," kata Halim, di Jakarta, Senin (20/5). Delegasi ISEI juga menjelaskan mengenai industri kelapa sawit yang berkelanjutan untuk menjawab keprihatinan masyarakat Eropa mengenai komoditas tersebut.
(Baca: Indonesia Tolak Keputusan Uni-Eropa Terkait Aturan Anti-Sawit)
Halim mengatakan, perekonomian Indonesia sedang menghadapi tantangan yang tidak mudah. Salah satunya adalah perang dagang, terutama antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Perang dagang tersebut dapat memengaruhi perekonomian Indonesia mengingat kedua negara ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap perdagangan global.
Menurut riset Indef, setiap penurunan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1% di Tiongkok maka akan berdampak penurunan sebesar 0,19% terhadap PDB Indonesia. Begitupula apabila pertumbuhan ekonomi AS turun sebesar 1%. Meskipun tidak berpengaruh besar seperti penurunan PDB Tiongkok, penurunan pertumbuhan ekonomi AS akan berdampak pada penurunan PDB Indonesia sebesar 0,05%.
(Baca: Dampak Berantai Perang Dagang AS - Tiongkok terhadap Ekonomi Indonesia)
Investor Terbesar Ketiga dari Eropa
Halim mengatakan, ISEI mengajak KBRI Swiss karena Swiss merupakan investor Eropa terbesar ketiga di Indonesia. Perusahaan-perusahaan Swiss yang menanamkan investasi di Indonesia, antara lain Nestle, ABB, dan Phillip Morris. Total ada 150 perusahaan Swiss yang berinvestasi di Indonesia melalui Kamar Dagang dan Industri Swiss.
Selain itu, Swiss juga akan menginvestasikan dana Rp 3 triliun di PT Industri Kereta Api (INKA) untuk memproduksi 1.000 gerbong kereta dan lokomotif. Produksi kereta tersebut dilakukan di Banyuwangi, Jawa Timur.
Duta Besar RI di Swiss, Muliaman D Hadad menjelaskan, ada tiga produk Indonesia yang dibutuhkan di Swiss. Produk tersebut adalah produk berbasis maritim, kayu, dan micro wood. Produk berbasis herbal juga diminati, seperti minyak sirih, cengkeh, dan sebagainya.
(Baca: Indonesia Bidik Ekspor Pertanian ke Brazil, dari Salak hingga Nanas)