Neraca perdagangan pada April 2019 diperkirakan berbalik defisit dibandingkan bulan sebelumnya yang surplus. Defisit terjadi lantaran kinerja ekspor melambat.
“Neraca perdagangan April defisit US$ 376 juta, dibandingkan dua bulan sebelumnya yang surplus US$ 870 juta,” kata Ekonom Permata Bank Josua Pardede kepada Katadata.co.id, Selasa (15/5).
Secara rinci, ia memperkirakan laju bulanan ekspor melambat 2,2% secara bulanan atau negatif 5,68% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Sementara impor tumbuh 4,5% secara bulanan, atau melambat 12,83% dibandingkan April 2018.
(Baca: Defisit Transaksi Berjalan Kuartal I Rekor Terburuk, NPI Bisa Surplus)
Kinerja ekspor cenderung tertahan oleh tren penurunan volume permintaan dari mitra dagang utama. Hal ini tercermin dari penurunan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur dari Tiongkok dan India.
Selain itu, ekspor juga dipengaruhi oleh tren penurunan harga komoditas, seperti batubara yang secara rata-rata turun 12% secara bulanan. Namun, harga komoditas juga diimbangi dengan kenaikan harga minyak kelapa sawit yang naik 5% dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara, peningkatan impor didorong oleh impor barang konsumsi dalam rangka menjaga pasokan barang konsumsi menjelang Lebaran 2019. Di sisi lain, impor barang modal dan bahan baku diperkirakan akan cenderung melandai terindikasi dari aktivitas manufaktur Indonesia yang turun pada April lalu.
(Baca: Dua Bulan Berurutan Surplus, Neraca Dagang Maret US$ 540,2 Juta)
Selain itu, investasi yang melandai juga terindikasi laju penjualan dan konsumsi semen yang masing-masing terkontraksi -6,7% dan -8,7% dibandingkan tahun lalu periode yang sama.
Sejalan dengan Josua, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan neraca dagang April akan defisit. Namun, impor migas diperkirakan akan menurun pada Juni mendatang. Impor migas akan menyusut lantaran PT Pertamina (Persero) akan memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun avtur.
“Pastinya neraca migas kita akan membaik ke depan tapi kita rapat dulu dengan Pertamina dan Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral),” ujarnya.
(Baca: Ekonom Menilai Dua Bulan Neraca Dagang Surplus Capaian yang Semu)