Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan pemerintah tidak mungkin secara total melarang impor. Selain untuk memenuhi kebutuhan industri, impor juga menjadi salah satu syarat yang berlaku dalam tata perdagangan dunia.
Enggar menyatakan, di negara manapun, impor tidak bisa dihindari. Bahkan, tak ada satu negara di dunia pun yang bisa bertahan tanpa impor.
Dia mencontohkan Tiongkok. Negara itu beralih dari sistem ekonomi tertutup ke terbuka dan langsung tumbuh pesat. Demikian juga dengan Vietnam, yang ketika mereka terbuka dengan negara lain, perekonomiannya juga melesat, bahkan melampaui Indonesia.
(Baca: Tantangan Indonesia Mengejar Pertumbuhan di Tengah Perlambatan Global)
Selain itu, impor juga diperlukan untuk menyeimbangkan perdagangan antara negara. Menurut dia, tidak mungkin suatu negara hanya mengekspor komoditasnya ke negara tertentu tanpa ada imbal balik.
Apalagi sekarang marak proteksionisme dagang. Sulit bagi negara lain untuk membuka pasar mereka, apabila tidak ada perdagangan yang saling menguntungkan,
"Jadi tidak mungkin kita setop impor. Itu sulit diterima akal sehat. Kalau kita hanya mau ekspor, negara lain akan teriak. Dalam tata pergaulan dunia hal itu tak bisa diterima," katanya di ICE BSD, Tangeran, Banten, Selasa (16/4).
Kendati tak bisa melarang impor, pemerintah tetap mengendalikan impor dengan catatan, yaitu seluruh industri, mulai dari UMKM hingga skala besar, harus bisa memenuhi pasar dalam, negeri.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), secara keseluruhan nilai impor Indonesia pada Maret 2019 mencapai US$13,49 miliar. Angka tersebut meningkat 10,31% dibanding Februari 2019, namun bila dibandingkan Maret 2018 turun 6,76%.
Dari total impor Maret 2019, impor migas menyumbang sebesar US$ 1,54 miliar sedangkan nonmigas menyumbang sekitar US$11,95 miliar.
(Baca: Dua Bulan Berurutan Surplus, Neraca Dagang Maret US$ 540,2 Juta)
Peningkatan impor nonmigas terbesar Maret 2019 dibanding bulan sebelumnya berasal dari golongan mesin dan peralatan listrik sebesar US$211,2 juta (17,04%), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan kapal laut dan bangunan terapung sebesar US$47,8 juta (67,32%).
Adapun tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Maret 2019 antara lain berasal dari Tiongkok senilai US$10,42 miliar dengan kontribusinya sekitar 29,01%, Jepang US$3,97 miliar (11,05%), dan Thailand US$2,42 miliar (6,75%).