Kementerian Perdagangan menyatakan proses pembelian Sukhoi U-35 dengan skema imbal beli dengan komoditas pertanian Indonesia masih terus berjalan. Pernyataan tersebut sekaligus membantah kabar terkait adanya tekanan pemerintah Amerika Serikat (AS) terhadap rencana pembelian pesawat asal Rusia itu.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan "Rencana transaksi masih berjalan. Kami akan membentuk working group untuk mendetailkan proses imbal beli,” kata Oke di Jakarta, Senin (13/8).
Dia menjelaskan working group akan membahas jenis komoditas apa saja yang akan ditukar Sukhoi. Menurutnya, kedua pihak telah mengirimkan rancangan permintaan dan penawaran untuk dibahas lebih lanjut dalam sesi working group.
(Baca : Kerupuk Termasuk Bahan Pangan yang Akan Dibarter 11 Sukhoi)
Oke mengungkapkan, dalam skema imbal beli, Indonesia berencana membeli sebanyak 11 unit pesawat Sukhoi senilai US$ 1,14 miliar. Sebagai imbalannya, Rusia diharuskan membeli komoditas Indonesia dengan nilai setengahnya, yaitu US$ 570 juta.
Adapun sisa nilai pembelian sebesar US$ 570 juta, Rusia juga diharuskan berinvestasi bengkel Sukhoi dalam bentuk Maintenance and Repair Operation (MRO) dengan minimum investasi sebesar 35% dari nilai tersebut atau sekitar US$ 399 juta. “Kami targetkan selesai secepatnya,” ujar Oke.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump sebelumnya diketahui telah meneken regulasi Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) yang memberikan sanksi kepada negara yang bertransaksi alat utama sistem pertahanan pada Agustus 2017.
Peraturan bertujuan untuk menghukum Presiden Rusia Vladimir Putin atas sengketa Semenanjung Crimea terhadap Ukraina pada 2014, keterlibatan untuk perang di Siria, serta intervensi dalam pemilihan presiden AS 2016.
(Baca: Selain Karet, Kelapa Sawit Akan Dibarter Indonesia dengan Sukhoi)
Namun, pada Juli 2018, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengajukan keringanan sanksi terhadap negara yang bertransaksi Alutsista milik Rusia. Tiga negara yang mendapatkan keringanan adalah Indonesia, India, dan Vietnam.
Juni lalu, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Ludmila Vorobieva kembali menjelaskan negosiasi transaksi imbal beli masih berjalan. “Kami terus maju dalam pembahasan,” kata Vorobieva.