Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menargetkan ekspor biodiesel sepanjang tahun ini mencapai 800 ribu kiloliter. Target tersebut diharapkan terealisasi seiring dengan potensi permintaan dari pasar Tiongkok serta mulai dibukanya kembali akses ke Uni-Eropa pasca-keputusan World Trade Organization (WTO).
Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan menyatakan produsen kini membidik Tiongkok sebagai salah satu target pasar biodiesel sejalan dengan program pengurangan emisi kendaraan yang mereka jalankan.
“Sekarang Tiongkok mulai masuk, kami masih pelajari hambatannya apa saja,” kata Paulus di Jakarta, Jumat (20/7).
Paulus mengungkapkan alasan Tiongkok mengimpor biodiesel dari Indonesia karena harganya yang tak terlalu jauh dibandingkan solar, namun lebih ramah lingkungan dibanding solar.
(Baca : Jokowi Wajibkan Seluruh Mesin Diesel Gunakan Biodiesel)
"Mereka mulai impor karena selisih harganya tipis, hanya Rp 800 per liter” ujar Paulus.
Meski demikian, dia juga mengaku tak terlalu optimistis karena efek perang dagang dengan AS bisa membuat situasi perekonomian Tiongkok menjadi tidak stabil. Akibatnya, wacana impor Tiongkok bisa saja sewaktu-waktu berubah.
Sementara untuk ekspor ke Uni-Eropa, menurutnya juga sudah berlangsung sejak dua bulan terakhir (Mei-Juni). Paulus menyebut dengan terbukanya pasar Uni-Eropa, pertumbuhan ekspor ke kawasan tersebut berpotensi naik dua kali lipat dibanding tahun lalu.