PT Krakatau Steel (KS) masih membukukan rugi bersih tahun lalu sebesar US$ 81,7 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meminta perusahaan pelat merah ini melakukan ekspansi penjualan untuk memperbaiki kinerja keuangannya.
"Kami tidak bicara efisiensi, sekarang ekspansi dari marketing," ujar Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno saat ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) KS di Jakarta pada Rabu (18/4).
Sebenarnya kinerja KS tahun lalu sudah lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang membukukan kerugian hingga US$ 171,7 juta. Upaya efisiensi berhasil memperbaiki kinerja perseroan. Menurutnya, dengan meningkatkan penjualan, kerugian KS bisa berbalik laba di tahun ini.
Dia menjelaskan selama ini kenaikan volume penjualan KS hanya 2-3 persen. Kementerian BUMN menargetkan tahun ini volume penjualannya bisa meningkat minimal 10 persen. Ekspansi penjualan yang dilakukan KS, seluruhnya merupakan perjanjian jangka panjang di domestik. Sedangkan penjualan langsung pada produk baja, akan diubah menjadi jangka panjang.
Dari sisi penjualan pangsa pasar (market share) produk baja KS yang paling tinggi adalah baja canai panas (Hot Rolled Coil/HRC) sebesar 39 persen. Disusul produk baja canai dingin (Cold Rolled Coil/CRC) sebesar 27 persen, dan baja kawat (Wire Rod/WR) sebesar 4 persen untuk pasar domestik. Adapun volume penjualan tertinggi juga tercatat pada baja HRC sebesar 53 persen, disusul CRC 30 persen dan WR 3 persen pada 2017.
Tahun lalu, KS mulai melakukan persiapan pengiriman produk bajanya untuk pembangunan jalan tol layang Jakarta-Cikampek elevated. Proyek ini membutuhkan baja yang ditaksir mencapai 225.000 ton. Akhir tahun lalu ada menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan perusahaan Jepang, Sango Corporation, memasok batang kawat baja otomotif. KS juga telah menandatangani perjanjian jangka panjang dengan PT Sarana Central Bajatama Tbk untuk memasok CRC 5 ribu ton per bulan.
Awal tahun ini KS telah memperbarui Perjanjian Pasokan Jangka Panjang dengan PT Essar Indonesia untuk produk HRC sebanyak 15 ribu ton per bulan. Sebulan kemudian dilakukan penandatanganan penawaran bahan baku sebanyak 24 ribu ton Cold Rolled Sheet untuk kebutuhan drum sheet di Pabrik Bitumen Gresik milik Pertamina hingga dua tahun ke depan.
Pendapatan KS tahun lalu naik 7,76 persen menjadi US$ 1,44 miliar, salah satunya karena naiknya harga jual rata-rata produk perseroan. Kenaikan pendapatan ini mendongkrak laba usaha perseroan dari US$ 4,4 juta menjadi US$ 50,7 juta.
Direktur Utama KS Mas Wigrantoro Roes Setiyadi mengatakan efisiensi yang dilakukan perseroan berhasil mendongkrak laba. Tahun lalu, efisiensi didapat dari logistik dalam pengadaan gas dan bahan baku, serta di segmen lain sebesar US$ 10 juta.
Tahun ini, KS akan mengambil beberapa langkah strategis yang akan diterapkan sepanjang tahun ini. Antara lain, meningkatkan efisiensi biaya operasi, meningkatkan volume penjualan meIalui perjanjian pasokan jangka panjang atau long term supply agreement (LTSA) dengan pelanggan-pelanggan potensial serta sinergi dengan BUMN.
"Kami targetkan peningkatan penjualan Tahun 2018 sampal 40 persen," ujarnya.