“Panen sudah berakhir sehingga sudah tidak ada produksi lagi,” kata Ketua APGI Piko Njoto Setiadi di Jakarta.
Dia menjelaskan kebutuhan rata-rata untuk konsumsi nasional saat ini sebesar 200 ribu hingga 225 ribu ton. Angka tersebut biasanya akan melonjak hingga 20% menjelang Lebaran karena kebutuhan gula untuk bahan baku makanan hari raya lebih tinggi.
(Baca juga : Tolak Lelang Gula Rafinasi, Faisal Basri Usul Berdayakan Bulog)
Namun peningkatan demand tak diikuti dengan penimgkatan produksi, lantaran panen baru akan terjadi pada Mei. Karenanya perlu upaya pemerintah dan para pelaku usaha dalam menstabilkan harga, terlebih selama masa Lebaran.
Sementara itu, Ketua Umum Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Sumitro Samadikoen menyarankan impor gula dilakukan melalui Bulog, agar distribusi gula bisa dilakukan ketika terjadi lonjakan harga.
Pasalnya, impor akan mempengaruhi harga pembelian gula petani oleh pedagang. Sehingga, harganya akan terus terdorong ke bawah. “Meski tidak ada larangan tapi pedagang terancam,” tutur Sumitro.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita pun memastikan ketersediaan gula melalui Perum Bulog dan distribusi lewat pengusaha untuk memenuhi kebutuhan lebaran.
Namun, dia belum bisa memastikan berapa banyak volume gula yang akan diimpor beserta waktu pelaksanaannya. Ia hanya menjamin pasokan impor gula mentah nantinya dapat diolah untuk dijadikan gula kristal putih untuk konsumsi. “Selisih antara produksi dan konsumsi, akan kami masukkan dalam gula mentah,” ujar Enggar.