Peran Perum Bulog dalam penyaluran beras sejahtera (rastra) pada 2018 bakal semakin berkurang karena program Bantuan Penyaluran Non-Tunai (BPNT). Oleh karena itu, Bulog perlu memperkuat produk-produk komoditas komersial untuk meningkatkan bisnisnya.
Produk komersial yang akan dikeluarkan Bulog adalah Beras Kita, Gula Manis Kita, Tepung Kita, Minyak Goreng Kita, dan Air Minum Kita. Bulog juga menyiapkan produk kemasan dengan izin Standar Nasional Indonesia (SNI), Badan Pengawas Obat dan Makan (BPOM), serta izin peredaran.
Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Imam Subowo Bulog mengatakan akan menyiapkan dana sebesar Rp 3,2 triliun dengan 2019. Rinciannya, Rp 2 triliun berasal dari Penanaman Modal Negara (PMN) dan Rp 1,2 triliun untuk belanja modal. Penggunaan PMN bakal digunakan untuk 3 kelompok infrastruktur pascapanen.
(Baca: Pemerintah Klaim Swasembada, Bulog Diminta Serap 3,7 Juta Ton Beras)
Pertama, pembangunan pabrik pengolahan beras yang lebih mutakhir atau Modern Rice Mills Plant (MRMP) di 17 titik dengan pada pabrik-pabrik ini Bulog menyediakan 22 mesin pengering berkapasitas 1 juta ton, 17 fasilitas penggilingan berkapasitas 800 ribu ton, 80 silo untuk gabah dengan kapasitas 250 ribu ton, dan 16 rice to rice dengan kapasitas 250 ribu ton.
Kedua, untuk komoditas jagung akan dibangun 11 mesin pengering berkapasitas 150 ribu ton dan 11 silo dengan kapasitas 192 ribu ton. Ketiga, 13 gudang kedelai dengan kapasitas 45.500 ton.
Menurut Imam, semua fasilitas yang dibangun ini memiliki teknologi yang modern dan menambah kapasitas produksi dan penyimpanan Bulog. “Penyerapan (komoditas dari petani) bisa lebih bagus dan kualitasnya langsung kering, sehingga hasilnya bagus,” ujarnya di Cirebon, Jawa Barat, kemarin (16/1).
(Baca: Bulog Siapkan Anggaran Rp 15 Triliun untuk Kelola Beras)
Anggaran lainnya sebesar Rp 1,2 triliun akan digunakan untuk memperbaiki unit pengolahan Bulog. Tercatat, hanya 71 dari 131 unit yang bisa beroperasi. Sementara, 10 unit butuh relokasi karena kondisi tempat berada di tengah pemukiman penduduk dan 50 unit perlu perbaikan.
Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti menyatakan penambahan fasilitas produksi dan penyimpanan ini akan memperkuat peran Bulog dalam memastikan pasokan bahan pangan. “Tujuannya secara fisik kami bisa meraih impian untuk menjadi pengelola logistik komoditas,” kata Djarot
Dia menjelaskan sistem penyimpanan bakal menggunakan alat pengering dan alat penyaring debu untuk komoditas beras. Sehingga, beras hasil serapan bisa kering sesuai dengan butir basah dan derajat sosoh yang diperlukan. Selain itu, komoditas komersial yang diproduksi oleh Bulog membutuhkan pemrosesan ulang dan juga pengemasan menarik.
“Kami mencoba melakukan pengemasan khusus tanpa mengesampingkan kualitas,” ujar Djarot. (Baca: Pemerintah Impor Beras Lewat PPI, Mengapa Bukan Bulog?)
Saat ini, Bulog memiliki 1.550 unit gudang untuk penyimpanan yang terbagi dalam 550 kompleks dengan kapasitas optimal sebesar 3,9 juta ton beras. Namun, tahun lalu Bulog hanya mampu menargetkan penyerapan penyerapan hasil petani sebesar 2,7 juta ton. Tahun ini Bulog akan melakukan pengadaan beras komersial sebesar 1,5 juta ton, Cadangan Beras Pemerintah (CBP) 250 ribu ton, serta bantuan sosial Natura 960 ribu ton.
Djarot menargetkan Bulog akan meraup keuntungan tahun ini sebesar Rp 400 miliar. Tidak jauh berbeda dengan target tahun lalu sebesar Rp 300 miliar - Rp 400 miliar. Namun, ia belum bisa mengungkapkan berapa besar realisasi keuntungan tahun lalu.