Pertanian, Pengolahan, dan Pertambangan Lesu di Kuartal IV 2017

ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Petani membajak sawah di area persawahan Kretek, Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (16/3/2016).
12/1/2018, 13.09 WIB

Bank Indonesia (Bi) melansir, berdasarkan hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU), kegiatan usaha tumbuh melambat pada kuartal IV 2017. Hal itu tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) kegiatan usaha yang hanya 7,4%. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya yang sebesar 14,32%.

Sektor usaha yang kegiatannya menurun paling tajam adalah pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. SBT-nya anjlok menjadi minus 1,4%, dari sebelumnya masih positif 0,4%. "Kontraksi kegiatan usaha di sektor tersebut, utamanya terjadi di subsektor pertanian tanaman pangan," demikian tertulis dalam laporan survei kegiatan dunia usaha Kuartal IV BI, Jakarta, Kamis (11/1).

(Baca juga: Harga Beras Mahal, Pemerintah Perluas Jangkauan Operasi Pasar)

Kegiatan usaha sektor lainnya yang juga turun yaitu pengolahan. SBT-nya anjlok menjadi minus 0,12%, dari sebelumnya 1,76%. SBT sektor pertambangan dan penggalian juga turun dari 1,6% menjadi hanya 0,08%. 

Sejalan dengan perlambatan kegiatan usaha, penggunaan tenaga kerja juga menurun. Bila pada kuartal III, SBT penggunaan tenaga kerja tercatat 0,13%, pada kuartal IV SBT-nya berbalik menjadi negatif 0,89%.

"Penurunan tingkat penggunaan tenaga kerja terjadi pada empat sektor, terdalam pada sektor pengolahan (SBT - 1,19%), diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian (SBT - 0,89%), dan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan (SBT – 0,16%), " demikian tertulis.

Sejalan dengan kondisi tersebut, kapasitas produksi pun tercatat menurun. Secara keseluruhan, kapasitas produksi di kuartal IV hanya 75,05% atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang mencapai 75,99%. Kapasitas produksi yang tertinggi terjadi di sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 81,14%. Sedangkan yang terendah di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, yang rata-rata hanya 71,42%.

(Baca juga: Kejar Target Industri 5,67%, Lima Subsektor Manufaktur Jadi Andalan)

Namun, kinerja keuangan perusahaan pada kuartal IV tercatat cukup baik, meski sedikit menurun. Saldo bersih likuiditas sebesar 37,62%, sedikit lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya 37,86%. Sebanyak 54,2% responden mengonfirmasi likuiditas cukup baik dan sebanyak 41,71% merasa likuiditas lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya. Hanya 4,09% yang merasa kondisi likuiditas lebih buruk.

Kemampuan mencetak laba (rentabilitas) juga tercatat membaik. Saldo bersih rentabilitas tercatat sebesar 42,16%, meningkat dari periode sebelumnya 41,41%. Sebanyak 42,52% responden mengonfirmasi rentabilitas lebih baik dibanding periode sebelumnya, sedangkan sebanyak 51,66% responden merasa rentabilitas cukup baik. Hanya 3,09% yang menyatakan kondisi rentabilitas lebih buruk.

Di sisi lain, kegiatan investasi di kuartal IV tercatat belum terlalu kuat. Hal itu tercermin dari SBT realisasi investasi yang sebesar 10,68% atau hanya sedikit lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 10,66%. “Berdasarkan sektor lapangan usaha, peningkatan kegiatan investasi terindikasi pada sektor industri  pengolahan, SBT 2,44%, naik dari 1,31% pada kuartal sebelumnya,” demikian tertulis.

(Baca juga: Pengusaha Resah Target Pajak Naik 24%, Sri Mulyani Siapkan Strategi)

Pada kuartal I 2018, kegiatan dunia usaha diperkirakan membaik. Hal itu tercermin dari SBT perkiraan kegiatan usaha yang meningkat menjadi 13,96%. Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan kegiatan usaha diperkirakan terjadi pada seluruh sektor, terutama keuangan, real estate dan jasa perusahaan, jasa-jasa, dan industri pengolahan.

“Secara umum, responden merasa kenaikan kegiatan usaha di kuartal I 2018 akan didorong permintaan dalam negeri dan ketersediaan sarana produksi,” demikian tertulis.