Pengusaha baja Korea Selatan meminta pemerintah untuk menertibkan Kota Batam. Mereka menganggap selama ini Batam menjadi pusat praktik dumping. Alhasil, perusahaan baja hasil patungan Korea Selatan dengan Indonesia, PT Krakatau Posco mengalami kerugian.
Senior Executive Vice President Pohang Iron and Steel Company (Posco) Min Kyung Zoon meminta pemerintah melakukan peninjauan ulang tata niaga impor di wilayah zona perdagangan bebas atau free trade zone (FTZ) Batam. Dia berharap Batam bisa menjadi kawasan perdagangan yang bebas dari praktik dumping.
"Ini sangat merugikan pabrik baja Indonesia oleh karena itu kami minta pemerintah untuk menindaklanjuti," kata Min saat forum bisnis di Jakarta, Kamis (9/11). (Baca: Perusahaan Baja Asal India Pertimbangkan Ekspansi di Indonesia)
Dia menceritakan Posco telah masuk ke Indonesia membangun pabrik baja dengan menggandeng PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. sejak 2014. Kolaborasi kedua perusahaan baja ini menghasilkan pabrik berkapasitas produksi 3 juta ton baja, dengan pembagian kepemilikan Krakatau Steel (KS) sebesar 30 persen dan Posco 70 persen. Rincian jenis baja yang dihasilkan adalah 2 juta ton dalam bentuk slab dan 1 juta ton plate.
Selama tiga tahun ini, perusahaan patungan PT Krakatau Posco masih mengalami defisit. Salah satunya akibat pasar baja di kawasan Batam, yang dinilai tidak sehat. Menurutnya, 4 tahun kerja sama harus didukung dengan iklim bisnis yang baik. Sebab, jumlah produksi yang besar bakal berkontribusi pada perekonomian Indonesia dalam mengurangi impor.
Pemenuhan kebutuhan baja dalam negeri yang tinggi akan memicu pengembangan industri ini. Saat ini konsumsi baja Indonesia masih cukup rendah. Menurut catatan Min, potensi pembangunan per kapita Indonesia hanya 56 kilogram. Padahal, negara asia pada umumnya 133 kg, Vietnam malah mencapai 200 kg.
“Saya percaya industri baja di indonesia bisa melaju sangat cepat, Indonesia butuh 20 juta ton baja mentah,” ujarnya.
Meski selama tiga tahun masih merugi, Min memperkirakan tahun ini kondisi keuangan Krakatau Posco bisa berbalik. "Tahun ini kami optimis surplus sebesar US$ 9 juta melalui penghematan ongkos dan aktivitas pemasaran,” ujarnya.
Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengakui kekuatan Korea Selatan di sektor industri baja. “Presiden (Joko Widodo) langsung menyadari bahwa industri baja adalah akar dari pohon industri,” kata Thomas.
Produk baja hasil Krakatau Posco bisa digunakan untuk otomotif dan elektronik. Rencananya pabrik baja di Cilegon akan dilakukan perluasan dengan pembangunan hot strip mill oleh Krakatau dan cold rolling mill untuk Posco.
“Ini semua bagian perjalanan menuju klaster produksi baja 10 juta ton per tahun di Cilegon dan sekali lagi jadi titik cerah peranan Korea Selatan di perindustrian Indonesia,” ujar Thomas. (Baca: Pemerintah Dorong Korea Selatan Berinvestasi di Luar Jawa)